Sangihe, LintasUtara.com – Komitmen membangunkan lagi ruh panggung Balai Pertemuan Umum (BPU) yang sekarang difungsikan sebagai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kepulaun Sangihe, bukan lagi sebatas wacana.
Dimulai dari ‘rangsangan-rangsangan’ kegiatan yang kembali digelar diatas panggung nan melegenda ini, beberapa hari belakangan wajahnya pun mulai dirias kembali untuk menunjukan BPU bakal kembali menjadi gadis cantik, yang menggoda seniman-seniman Sangihe kembali ke pangkuannya.
Daniel Sandala, perupa yang menjadi seniman di balik tampilan baru BPU menjelaskan, terkait konsep dasar dari karyanya tersebut, seyogianya menggambarkan tema utama yang diberikan, yakni ‘Laut adalah Rumahku, Pulau-pulau Kekuatanku, Pancasila Isi hatiku dan NKRI Tumpah Darahku’, yang divisualisasi melalui permainan warna dalam frame seluas kurang lebih 9 x 4 meter.
“Namun, kami juga memberi ruang intepretasi seluas-luasnya bagi masyarakat dan penikmat untuk mampu menggambarkan imajinasi mereka.
Ini merupakan hasil penggabungan ide-ide imajiner baik dari kami selaku seniman sendiri, maupun pemerintah, melalui pak Kadis maupun Sekda yang sering datang memantau langsung proses kreatif kami,” jelas Nie, sapaan akrab Sandala.
Lebih jauh lagi, Audro Chrustofel Rompas, salah satu seniman yang menggagas perubahan wajah BPU ini menjelaskan jika konsep dasar dari karya timnya tersebut, terinspirasi dari aliran seniman spanyol, Pablo Picasso, dengan sentuhan Futuristik dan gaya Kubisme.
“Jadi kali ini, kami tim kreator, khususnya perupa, mencoba menciptakan salah satu terobosan baru yang bisa dinikmati masyarakat Sangihe. Konsep utamanya lebih ke seni abstraksi, dengan berbagai perspektif,” sebut Rompas.
Menurut dia, sebagian masyarakat umum bisa dibilang sebagai penikmat awam, sehingga timnya mencoba memberi terobosan baru untuk menggambarkan keluasan nilai seni.
Jika dulu keindahan divisualisasi dengan pemandangan alam, atau landscape pemandangan kota, kali ini bakal dicoba-tampilkan pengalaman visual baru bagi masyarakat Sangihe, meski sejatinya sudah lama dikalangan perupa dan penikmat seni rupa.
Dalam karya tersebut, lanjutnya, ada pelbagai aliran tentang seni kontemporer, dengan menciptakan pola-pola untuk membangun pesan di dalamnya, dan kali ini, melalui penggabungan imajinasi tim kreator dan pihak pemerintah, perupa mencoba sama-sama menggali visi ke depan DPKD melalui goresan rupa yang dilahirkan.
“Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui literasi, tentu DPKD tidak bisa hanya memakai kaca mata kuda dengan menjadikan buku dan rak-rak yang berdiri kaku sebagai tumpuan utamanya. Tapi ada inovasi yang harusnya berkembang dengan perubahan zaman pun teknologi didalamnya.
Jadi, karya rupa yang dibuat tim kreator tidak lagi sebatas karya seni rupa semata melainkan refleksi untuk Dinas kedepan agar dapat menciptakan inovasi dalam bidang literasi yang lebih berwarna,” kunci pria yang juga merupakan Sineas muda Sangihe ini.
Adalah Gebyar Bahasa dan Seni 2020, giat teranyar yang digelar DPKD Sangihe untuk inreyen (Inrijden : Belanda) panggung ini dengan grand final lomba baca puisi tingkat SD, dan pentas seni pengisi Dialog Terarah kebahasaan, pada 28 Oktober 2020 nanti.
Dan dengan karya yang dihasilkan ini, ada harapan besar yang coba diguratkan semua pihak, baik Pemerintah, maupun para seniman yang terlibat, apalagi mengingat adanya keterbatasan anggaran imbas pandemi COVID-19 berkepanjangan yang menuntut adanya refocusing anggaran.
Kendati demikian, Kepala Dinas DPKD Sangihe Johanis Pilat menegaskan jika mimpi untuk mengembalikan legenda panggung BPU, sekaligus perpustakaan dalam membangun sektor literasi, tidak memerlukan alasan dan pembenaran, tapi komitmen dan optimisme.
“Pada prinsipnya, ide dan gagasan tidak boleh dipenjarakan oleh uang. Artinya, banyak yang menjadi skeptis dengan anggaran yang terbatas hari ini, dan semacam tembok, anggaran adalah jebakan untuk perkembangan. Tapi, Sang Khalik telah memberikan kreativitas bagi kita untuk berkembang melampaui keterbatasan, dan tentu menjadi sebuah kesalahan jika tidak lakukan, terutama untuk tujuan mulia, mencerdaskan kehidupan bangsa,” kunci Kadis J.E Pilat.
(Gr)
apakah ini BPU? adakah penghargaan untuk Raja Dumalang dr Belanda krn membantu proses evakuasi gunung Awu dahulu kala?