Ponakan Prabowo Sedikit Menggoda Warga Sulut, Ternyata Keturunan Nusa Utara

Manado, Lintasutara.com – Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo adalah Ponakan dari Capres Prabowo Subianto baru berusia 28 tahun saat Terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dari Partai Gerindra pada periode 2014 – 2019, ia perempuan pertama dari kalangan milenial yang duduk di kursi senayan. Namun, Rahayu Saraswati bukan orang baru di panggung politik. Sebelum kontestasinya di arena Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah 2024 mendatang), di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) saat ia menduduki kursi Ketua Umum Tunas Indonesia Raya (Ketum TIDAR)

Dan sejarah bagi generasi seperti Rahayu Saraswati, adalah peristiwa atau kejadian yang pernah terjadi pada Periode 2014 – 2019 , dicatat maupun tidak. Saat menjadi anggota DPR-RI, Rahayu Saraswati punya semangat yang gigih menjawab impian dari masa itu. Ada rona semangat mendebak hati, ia guyub membangun daerah yang disebutnya sebagai kampung halamannya sendiri.

Karena begitulah jika turunan berdarah Minahasa dan Nusa Utara punya niat akan pemerataan pembangunan di Kawasan Nusa Utara dan Minahasa pada umumnya.

Di masa Nenek Rahayu Saraswati –terutama dari garis darah ibu yakni Nenek Buyut E Aling yang asli putri pulau-pulau perbatasan–, , boleh dikata surga yang hilang. Era kolonial, menjadikan kawasan ini sekadar titik hisapan. Di masa kemerdekaan menjadi batas yang cenderung dilupakan –yang disebut secara santun sebagai daerah tertinggal–, tertinggal dari model kebijakan pembangunan sentralistik yang mementingkan kawasan daratan dan perkotaan, di mana wilayah kepulauan menjadi anak tiri yang dilupakan.

Rahayu Saraswati Berdarah Sangihe

Philip LF Sigar adalah Kakek Rahayu Saraswati, lahir dari Kaket Buyut bernama Laurents A Sigar dan Ibu bernama E. Aling
Tahun 1870-1884 Laurents A Sigar sebagai Hukum Besar, di Langowan kala itu. Dan meninggal pada tanggal 2 Mei 1910, dimakamkam di Tompaso.

Philip FL Sigar merupakan pribadi cemerlang, dan pernah menduduki jabatan Sekretaris Residen Manado periode 1922- 1924.

Sebuah jabatan prestise yang pertama kali diduduki pribumi Minahasa pada masa Hindia Belanda, atau sebelum 1942. Sebelumnya, ia menjadi anggota Gementeraad Manado pada 1920-1922.

Philip FL Sigar mengantongi ijazah Klein Ambtenaars-Examen. Sebelumnya sedari 1921-1922 telah memangku jabatan sebagai pejabat Sekretaris Keresidenan Manado.
Terakhir menjadi referendaris di kantor Provinsi Jawa Barat yang dibentuk pada 1926, lalu ke Palembang, sebelum pergi ke Belanda.
Hasil pernikahannya dengan Ibu N Maengkom, lahirlah Dora Sigar, yang dinikahi oleh Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo.

Dari pasangan ini lahirlah, Biantiningsih Miderawati, Marjani Ekowati, Prabowo Subianto, dan si bungsu Hashim Sujono Djojohadikusumo yang merupakan ayah dari Rahayu Saraswati

Beberapa sahabat terdekat menceritakan kesan mereka, keseharian Rahayu Saraswati merupakan gambaran paling jelas dari akar, spirit, dan ruh ibu budaya yang membesarkannya itu. Semua seakan terrevitalisasi ke dalam dirinya. Laut seperti bagian inheren dalam detak nadi. Antara ombak dan Rahayu, kita sama-sama akan bertemu satu kosa kata; keberanian. “Ia nyaris tidak mengenal rasa takut di lain sisi, namun juga pribadi yang penuh kasih,” ucap Calvin Castro, Ketua Umum ARMAK Sulut Aliansi Ormas dan LSM Anti Korupsi.

Menurutnya, hal-hal terbaik dan terindah dalam kehidupan,
tidak bisa dilihat atau diraba,
tetapi harus dirasakan dengan hati.

“Saat sejumlah media massa mempublikasi pose-pose foto Rahayu yang memang seorang Artis Bintang Film, mereka lupa, mengemudikan perahu, kapal, speed boad, atau jet sky di perairan keras Nusa Uatra bukan pekerjaan mudah. Nyali, skill, pengetahuan alam laut, dari arus, arah dan kecenderungan ombak, dan terutama keberanian menjadi penentu yang sedikit menggoda warga Sulawesi Utara.

Dan, Rahayu. Sejatinya adalah murid dari alam kepulauan Nusa Utara. Pastilah ia mengenali laut, berguru langsung pada kerasnya hidup yang memandang laut sebagai penghubung bukan pemisah. Berlayar melitasi gelombang bukan pilihan tapi keharusan yang tak bisa dielak,” ungkap Calvin.

Saat ini sejumlan Relawan Prabowo meminta Rahayu Saraswati Djojohadikusumo Didambakan untuk pulang kampung halaman membangun Sulawesi Utara.

Nama Saraswati mulai dihubungkan dengan tokoh perempuan berdarah Minahasa yang dianggap layak mencalonkan diri sebagai Gubernur Sulut pada Pilkada 2024 mendatang.

(Albert)

Bagikan:

Artikel terkait

Tinggalkan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terpopuler

Peluang dan Tantangan Menjadi Kepala Daerah di Kabupaten Kepulauan Sangihe: Pilkada...

Suara Redaksi

Refleksi Hari Kartini: Juita Baraming, Perempuan Sangihe yang Menata Harapan Lewat...

Sangihe

Pahlawan Tanpa Sorotan: Dari Laut Talise, Nelayan Menjemput Nyawa Sebelum Negara...

Kolom

Dilema Data Stunting di Sangihe: Antara Fakta Lapangan dan Validitas Angka

Suara Sangihe

Beri Pesan Tegas Usai Lantik Pj Kapitalaung, Thungari: Pemdes Denyut Utama...

Sangihe

Terkini