Membawa Harapan : Ody Bas dan Perjuangan Nusa Utara dalam Politik Kota Manado

Manado, lintasutara.com – Setelah lebih dari beberapa dekade tak ada keterwakilan figur Nusa Utara di DPRD Kota Manado dari Daerah Pemilihan (Dapil) Tikala – Paal 2, maka majunya Noldy Lesieng atau yang akrab disapa “Ody Bas”, ke panggung politik 2024, langsung mendapatkan dukungan tokoh-tokoh Nusa Utara.

“Ini petanda kehadiran yang menggembirakan bagi kita masyarakat Nusa Utara, sekaligus peluang yang patut kita apresiasi bersama dalam memperjuangkan hak-hak dan sikap politik warga Nusa Utara khusus di Kecamatan Tikala dan Kecamatan Paal 2,” ungkap Tony Sandala, salah seorang tokoh pemuda dari Kelurahan Dendengan Dalam (Dendal).

Diwawancarai pada Sabtu, (11/11/2023) belum lama ini, Sandala mengatakan, figur Ody Bas pantas dan patut menjadi representasi Nusa Utara, karena selain dipandang sebagai salah seorang tokoh dikalangan para buruh bangunan, ia juga lahir dan besar dengan para warga Nusa Utara yang berdomisili di Kota Manado,

Apalagi sosok Ody Bas berjiwa sosial yang hidup diantara para warga umat muslim dan nasrani serta sering membantu para warga yang dirundung dukacita, bahkan turut serta bekerja bersama para warga di lahan pekuburan.

Sehingga sikap hidupnya tak lepas dari tradisi budaya masyarakat Nusa Utara dikala menyanyikan lagu penghiburan saat berkunjung kerumah duka.

“Jati diri orang Nusa Utara itu penting dimiliki tokoh-tokoh yang menjadi representasi masyarakat kita di dunia politik. Kalau tidak, maka ikatan emosional dan keberpihakan pada kepentingan warga Nusa Utara yang berdomisili di Kota Manado akan terabai dari konsen kerja politiknya,” kata Bu Tony sapaan akrabnya

Di sisi lain kata Bu Tony, sepanjang ini semacam ada kesenjangan sosial dari warga Nusa Utara yang berdomisili di Kecamatan Tikala dan Paal 2 untuk melangkah ke panggung politik Kota Manado

“Itu sebabnya, langkah politik pemilik nomor urut 7 dari Partai Golkar ini, ke DPRD Manado sudah pada tempatnya untuk direspom positif sebagai bagian dari perjuangan Nusa Utara di panggung politik Kota Manado,” ungkapnya

Sementara Ridwan Tane senada dengan pernyataan Tony Sandala.

“Ody Bas sejatinya bukan orang baru dikancah politik, sejak Pilcaleg 2019 sudah jadi Tim Sukses dari salah satu Caleg yang saat ini duduk sebagai anggota DPRD Kota Manado dari Dapil Tikala – Paal 2,” kata salah seorang tokoh muslim yang berdomisili di Kampung Merdeka Dendal ini.

Hanya saja ketika sudah terpilih pada Pileg 2019 yang lalu, para Tim Sukses kehilangan induknya atau lebih tepatnya habis manis serpa dibuang

Itulah sebabnya, kebenaran politik membedakan politik dengan sekadar tipu-tipu. Tapi sebagaimana tiap bidang kehidupan lainnya, politik tidak memproduksi kebenaran.

“Ody Bas sendiri, hanya memainkan perannya dalam arus besar kehidupan untuk menciptakan ruang bagi kebenaran yang hanya bisa diproduksi oleh kehidupan. Daya kreasi politik dari Ody Bas yang bersifat negatif akan mematikan daya hidup, melumpuhkan kemampuan hidup untuk, di antaranya, memproduksi kebenaran.

Secara khas, “ruang” bagi kebenaran politik adalah publik. Dengan begitu, politik hanya bisa dijalankan sebagai bagian dari kehidupan bersama. Daya kreasi politik, dalam konteks ini, pertama harus menangguk energinya dari daya hidup bersama. Selanjutnya, digunakan untuk menjaga daya hidup bersama itu,” sebut Ridwan Tane

Jadi kembalinya Ody Bas ke panggung politik dan telah ditetapkan sebagai daftar calon nomor urut 7 dari Partai Golkar untuk Dapil Tikala – Paal 2, merupakan panggilan hati nurani dia untuk memberikan waktu dalam mengurus dan memperjuangkan kepentingan di Dapilnya lewat jalur politik.

“Bagi saya pribadi, Ody Bas adalah figur Nusa Utara yang tepat untuk menjadi representasi masyarakat Nusa Utara terlebih khusus di Kelurahan Dendengan Luar, Dendengan Dalam, Perkamil dan Malandeng, ungkap Ridwan Tane.

Biografi singkat Noldy Lesieng (Ody Bas) menyebutkan bahwa setelah lulus SMA, ia melakukan sejumlah pekerjaan, berhasrat mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin. “Dia adalah seorang tukang batu, pekerja beton, tukang kayu, pelukis dan tukang plester.

Setelah itu, ia mulai bekerja sebagai buruh bangunan serta menjadi mandor, dan kemudian dipercayakan memimpin pembangunan gedung oleh tempatnya bekerja. Segera setelah itu, dia menarik perhatian secara bertahap beralih ke dunia politik.

(Albert)

Bagikan:

Artikel terkait

Tinggalkan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terpopuler

Peluang dan Tantangan Menjadi Kepala Daerah di Kabupaten Kepulauan Sangihe: Pilkada...

Suara Redaksi

Refleksi Hari Kartini: Juita Baraming, Perempuan Sangihe yang Menata Harapan Lewat...

Sangihe

Pahlawan Tanpa Sorotan: Dari Laut Talise, Nelayan Menjemput Nyawa Sebelum Negara...

Kolom

Dilema Data Stunting di Sangihe: Antara Fakta Lapangan dan Validitas Angka

Suara Sangihe

Beri Pesan Tegas Usai Lantik Pj Kapitalaung, Thungari: Pemdes Denyut Utama...

Sangihe

Terkini