Sitaro, Lintasutara.com – Letusan gunung Ruang pada Rabu 17 April malam menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat di sekitaran pulau Ruang bahkan sampai meluluh lantakan pemukiman warga di dua kampung di bawah kaki gunung.
Erupsi gunung Ruang yang memuntahkan material vulkanik hingga menyebabkan hujan batu yang bahkan dapat dirasakan hampir di seluruh Kelurahan/Kampung di pulau Tagulandang.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PvMBG) mencatat letusan gunung yang hanya memiliki tinggi 725 meter dari permukaan laut itu pada tanggal 17 April pukul 20.15 WITA miliki ketinggian erupsi eksplosif dengan tinggi kolom erupsi teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan ketinggian sekitar 3000 m di atas puncak.
Mirda Sasundua (59) Warga Kampung Laingpatehi mengungkapkan, dampak erupsi membuat seluruh pemukiman di Kampung Laingpatehi luluh lantah dan tak memungkinkan untuk di tinggali lagi.
“Kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk di tinggali, semua sudah rusak,” ungkapnya, saat di tanya beberapa waktu lalu di lokasi pengungsian Kampung Apengsala, Kecamatan Tagulandang.

“Rumah bahkan sejumlah barang sudah tertimbun material vulkanik, kalaupun mau kembali hanya untuk ambil barang yang masih layak di pakai,” lanjutnya.
Tidak hanya itu kejadian tersebut juga menyisakan kesedihan dan trauma baginya dan keluarga, sehingga ia memilih untuk tidak lagi menetap dan hanya mampu berharap kepada pemerintah.
“Kami hanya bisa berharap pada pemerintah untuk dapat menyediakan lokasi pemukiman,” harapnya.
Kapitalau Laingpatehi, Terkait Kondisi Kampung Usai Erupsi Gunung Ruang
Sementara itu Kapitalau Laingpatehi, Hardy Manuho menjelaskan, kondisi saat ini sudah tidak lagi bisa di huni dan kejadian bencana alam erupsi gunung berapi pasti tetap akan terjadi.

“Kami menunggu pemerintah, apakah di sana masih layak huni atau sudah tidak. Kalaupun kami lihat-lihat di sana sudah tidak layak huni,” ujarnya.
Namun menurutnya, dengan melihat kondisi saat ini, Kampung Laingpatehi yang memiliki 73 Kepala Keluarga atau 247 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak 158 jiwa dan jumlah perempuan 89 jiwa sudah tidak layak huni.
“Dan kalaupun tidak masyarakat huni kemungkinan di sana hanya bisa jadi perkebunan warga,” lanjutnya.
Ia berharap, pemerintah dapat mencarikan lokasi pemukiman yang layak bagi masyarakatnya.
“Saya berharap pemerintah Pusat, Provinsi dan Daerah dapat mencarikan lokasi pemukiman yang layak,” harapnya.
(Bonny)