Kota Tahuna lagi cerah – cerahnya, agak mengarah ke panas dengan suhu 30⁰ Celcius, sesuai angka tertera dalam ponsel. Di jembatan Tidore – Towo’e (Tito), keramaian masyarakat nampak tak biasa.
Di ujung jembatan wilayah Towo’e, lokasi yang jadi pelabuhan taksi laut ke Kecamatan Tatoareng, dipenuhi dengan pengunjung yang ingin menyaksikan Festival Seke Maneke 2025, di Kampung Para Lelle. Jumlahnya terbilang lebih banyak dibandingkan waktu – waktu biasanya.

Kurang lebih pukul 09.00 Wita, KM. Arsy, transportasi laut andalan masyarakat Para Lelle mulai penuh agak sesak, meski masih memenuhi standar keberangkatan. Event budaya bahari tahunan di negeri 8 pantai ini, memang mampu menarik animo masyarakat.
Kira – kira Pukul 09.30 Wita, crew KM. Arsy mulai melepas jangkar dan tali tambat, membawa masyarakat Para Lelle dan pengunjung Festival Seke Maneke menuju Kecamatan perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro ini, dengan mahar Rp. 50.000 saja.

Dihaluan kapal, kurang dari 20-an penumpang kapal duduk bercengkrama, menikmati terik matahari yang beradu dengan angin nan sejuk. Menjadi agak seru dengan genjrengan ukulele Erick Sahabat, jurnalis Sangihe yang malah memilih ukulele.
Lagu – lagu berbahasa Sangihe pun Indonesia bertema rohani mendampingi suara mesin juga gesekan KM. Arsy dan air laut melalui landscape pulau besar Sangihe, makin keren ketika memasuki wilayah Tatoareng dengan sejumlah pulau – pulau terpisah.

Ciptaan yang sungguh menakjuban, ragam angle fotografi terbaik bisa didapatkan dengan mudah, meski butuh konsentrasi untuk mendapatkan yang paling apik juga epik.
Menuju pukul 13.00 Wita, kumpulan pulau Para; mulai dari Salingkere hingga Lelle mulai nampak. View pantai berpasir putih, pulau nan hijau, gradasi lautan serta siluet gunung Karangetang – Siau sejenak buat penumpang lupa. Ada event keren menanti waktu liburan kali ini.

Ya, ada Festival Seke Maneke yang menanti para penumpang kapal yang mulai merapat ke pelabuhan pada pukul 13.30 Wita. Event yang kembali lahir setahun lalu, setelah sekian waktu terhenti.
Para Lelle dan Kecamatan Tatoareng mampu memanjakan pengunjung, bahkan sebelum event dimulai, meski harus melalui lautan selama 4 jam.
(Penulis / Editor : Gerald Kobis)