Sabtu, 23 November 2024, menjadi penanda berakhirnya tahapan kampanye Pilkada serentak di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Empat pasangan calon (paslon) telah berjuang memperebutkan kepercayaan masyarakat melalui berbagai kegiatan kampanye, termasuk debat publik. Kini, masa tenang menjadi momen refleksi bagi masyarakat untuk menentukan pilihan terbaik mereka.
Dalam Pilkada Sangihe 2024, empat pasangan calon memperebutkan posisi pemimpin daerah ini:
Jabes Ezar Gaghana – Patras Madonsa (MENGGANA): Diusung oleh Partai Golkar dan Demokrat, pasangan dengan visi: Sangihe, Gerbang Utara Nusantara yang Maju, Berbudaya, Religius dan Mandiri. Dengan gagasan stabilitas pembangunan berkelanjutan.
Michael Thungari – Tendris Bulahari (TUARI): Diusung Partai NasDem, PKB, dan Hanura, paslon ini mengusung visi: Yang Muda Berkarya, Wujudkan Sangihe Sejahterah dan Berbudaya. Gagasan perubahan berbasis kesejahteraan sosial dan ekonomi inklusif.
Rinny Tamuntuan – Mario Seliang (TAMANG): Di bawah bendera PDIP, pasangan ini menekankan visi: Wujudkan Sangihe Maju, Mandiri dan Berbudaya.
Hendrik Manossoh – Remran Sinadia (MENADIA): Didukung Partai Gerindra dan Perindo, mereka menonjolkan visi: Bersama Mewujudkan Sangihe Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan Indonesia Baru Menuju Generasi Emas 2045.
Selama masa kampanye, keempat paslon berusaha meyakinkan masyarakat Sangihe tentang rencana mereka untuk lima tahun mendatang. Debat publik menjadi salah satu panggung utama untuk menunjukkan visi, misi, serta kemampuan memecahkan berbagai persoalan kompleks yang dihadapi daerah perbatasan ini.
Namun, kampanye dan debat bukan sekadar ajang “jualan kecap manis.” Visi-misi yang disampaikan bukan hanya formalitas administratif, melainkan bentuk tanggung jawab moral seorang calon pemimpin. Masyarakat Sangihe diharapkan mampu menyaring mana janji yang realistis dan mana yang hanya retorika politik.
Masa tenang adalah waktu krusial bagi masyarakat untuk merenung dan mengevaluasi pilihan mereka. Ini bukan sekadar memilih pemimpin, tetapi memberikan mandat kepada sosok yang benar-benar mampu membawa perubahan positif. Ada tiga kriteria penting yang patut menjadi pertimbangan:
Kompetensi Intelektual: Pemimpin harus memiliki pengetahuan dan wawasan luas untuk mengelola daerah dengan kompleksitas seperti Sangihe.
Kecerdasan Emosional: Kemampuan memahami dan mengelola emosi, baik dalam menghadapi kritik maupun dalam mengayomi masyarakat, adalah kunci kepemimpinan yang efektif.
Integritas dan Keteladanan: Sosok pemimpin harus menjadi teladan, menjunjung tinggi nilai moral dan etika, serta mampu menjaga kepercayaan publik.
Pemilihan kepala daerah adalah kesempatan emas untuk menentukan masa depan Sangihe. Jika salah memilih, harapan akan kesejahteraan hanya akan menjadi omong kosong. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap objektif, menjauhkan diri dari politik uang, dan memilih berdasarkan rekam jejak serta kapasitas calon.
Semoga warga Sangihe dapat menjaga kewarasan demokrasi, mempertimbangkan dengan matang, dan memilih pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan bagi daerah perbatasan ini. Masa depan Sangihe ada di tangan Anda. Pilihlah dengan bijak.
