Sangihe, LintasUtara.com – Sukses dengan film dokumenter Pengasuh ’65, Sangihe Documentary Film (SDM) kembali menuntaskan karya film pendek berdurasi 15 menit; Refleksi Terakhir.
Audro Chrustofel, pendiri SDM yang juga selaku pencetus film ini menyebutkan jika karya yang dihasilkan melalui proses selama 7 bulan ini, merupakan representasi kegelisahan masyarakat akan eksistensi pandemi Covid-19, dan isu-isu global dan fakta yang menyertainya hari ini.
“Ada banyak pertanyaan yang lahir terkait pandemi yang terjadi hari ini. Ketakutatan masyarakat, pendapat mereka, seperti apa penanganannya, bahkan seperti apa perkembangannya nanti,” sebut Aud, sapaan akrabnya.
Dirinyapun menuturkan jika pasca pengemasan film, ada lebih banya pesan yang bisa didapatkan, yang kemudian akan dikembangkan dalam diskusi film, untuk memperdalam komunikasi penonton dan hasil karya yang mereka hasilkan
“Namun, setidak-tidaknya dari hasil bedah tim secara internal, ada hal menarik yang bisa kita dapatkan, yakni pesimisme masyarakat akan lenyapnya Covid-19, dan lebih mengarah pada kasus ‘lebih gila’ apalagi yang akan muncul.
Ini adalah masa turbalance kita, sehingga kemudian kita harus berkaca lagi, apa yang sudah kita lakukan dan berikan, karna kita tidak akan kembali kemasa lalu, tapi malah menghadapi masa depan dengan segala misterinya, dan itu yang akan disampaikan,” urainya lagi.
Film bergenre experimental documentary ini, bakal ditayangkan perdana pada hari ini, Rabu (07/10/20) dan akan diawali dengan proses bedah film yang akan dilangsungkan di panggung BPU, Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Daerah (DPKD) Kepulauan Sangihe, pukul 18.00 Wita.
Untuk itu, dirinya berharap dalam proses bedah film nanti bakal lebih banyak pesan yang terkuak, untuk lebih memperkaya proses tukar pendapat dan tukar informasi terkait falsafah dasar dalam film, hingga sedikit diskusi tentang potensi perfilman di Sangihe.
“Nantinya, setiap unsur yang terlibat baik dalam film maupun peserta bedah film, akan diberikan kebebasan untuk berpendapat, sehingga kualitas perfilman Sangihe dapat lebih berkembang,” harap Audro, sembari mengajak seniman Sangihe, kreator-kreator, pun kaum muda Sangihe, untuk dapat belajar bersama, baik dari bedah film nantinya, maupun ketika film resmi dipublish di media sosial nanti.
(Gr)