Kaesang Pangarep: Ini Jalan Ninja Kita !

Kaesang

Kaesang Pangarep adalah anak Presiden Jokowi, di kenal sebagai pengusaha juga pegiat sosial media yang cukup populer. Gayanya yang kerap kocak membuat para netizen dari kaum milenial cukup menggandrungi konten-kontennya di media sosial.

Beberapa hari ini, jagat politik nasional di buat kaget, Kaesang menjadi ketua umum Parpol PSI (Partai Solidaritas Indonesia). Tak heran jika jagat media sosial pun ikut ramai, dari komentar yang pro dan kontra berseliweran.

Cuitan netizen menyorot bahwa kiprah Kaesang ke politik seakan mempertegas adalah politik dinasti dari Trah Jokowi. Bahkan, nada sinis pun ikut menyeruak, mengapa bukan memilih gabung PDIP bersama Jokowi dan Gibran, malah berbeda jalur dan masuk ke PSI yang hari ini di sebut partai para “bocil politik”. Saya pikir, figur-figur politik potensial baiknya tidak terkonsentrasi pada satu titik saja. Akan jauh lebih ideal jika figur-figur potensial terdistribusi merata ke berbagai parpol, dengan demikian keseimbangan demokrasi di harapkan bisa berjalan baik.

Perihal adanya indikasi membangun dinasti politik, saya pikir ini sangat relatif dan akan memberikan jawaban subyektif dari tiap individu. Dalam pidato Kaesang saat di Kopdarnas PSI kemarin, narasi yang di kedepankan adalah tujuan futuristik untuk mengubah politik menjadi “solusi”, dan bukannya menjadi “polusi”. Membidik langkah kekinian untuk menyembuhkan pesimisme kaum muda terhadap politik, dan selanjutnya mengubahnya menjadi energi optimistik mengubah masa depan Indonesia melalui politik.

Meski baru sebatas narasi, tapi setidaknya ikut memantik harapan bahwa bangsa kita masih memiliki barisan muda yang “concern” terhadap masa depan Indonesia. Apakah narasi futuristik ini akan membumi ke depan? Kaesang dan PSI harus siap membuktikannya secara konsekuen. Sehingga, isu dinasti politik atau sosok pemimpin politik prematur akan tuntas terbantahkan.

Saya agak tergelitik, saat Kaesang mengutik sepenggal kalimat pendek, mengusung tema politik perubahan adalah “jalan ninja kita!”. Bagi para generasi “baby boomer”, mungkin penggalan kalimat pendek tersebut bisa mengernyitkan dahi. Tapi, bagi generasi X dan generasi Y (milenial), khususnya penggemar manga dari Jepang, penggalan kalimat pendek tersebut bukan hal asing di telinga.

Penggalan kalimat pendek tersebut sering di ucapkan oleh Tokoh Ninja Jepang bernama Naruto Uzumaki. Naruto adalah anak yatim piatu sejak kecil, kedua orang tuanya mati karena mengorbankan diri melindungi desa yang mereka tinggal, Konohagakure. Pasca Naruto lahir, musuh desa Konohagakure memanggil siluman rubah ekor sembilan di tengah desa. Siluman tersebut mengamuk dan membantai warga desa, bahkan desa pum menjadi porak-poranda karena amukannya.

Dengan ninjutsu (ilmu ninja), kedua orang tua Naruto mengorbankan nyawa dengan mengunci siluman rubah ekor sembilan dalam tubuh Naruto yang masih bayi. Naruto bertumbuh sebagai anak yatim piatu, seisi warga desa melihat Naruto dengan sinis, karena dalam tubuhnya berdiam Siluman Rubah yang pernah menjadi malapetaka bagi desa. Diskriminasi yang di alami Naruto cilik membuatnya jadi anak “slengean” dan suka bikin gara-gara dengan warga desa.

Tabiat usil Naruto cilik sebenarnya adalah bagian dari pertempuran dirinya untuk mematahkan stereotipe apriori terhadap dirinya. Kata-kata paling sering di lontarakan Naruto saat dirinya di remehkan, atau saat terpojok untuk memompa energi juangnya adalah “Ini adalah jalan ninja-ku”. Jalan Ninja yang di maksud oleh Naruto adalah suatu hari kelak ia akan menjadi seorang Hokage. Hokage adalah posisi pemimpin tertintinggi dari desa Konohagakure, bertanggung jawab menjadi pelindung desa Konohagakure.

Di kemudian hari, meski berkali-kali nyaris mati demi melindungi desa, Naruto membuktikan kata-katanya. Tak terhitung masa sulit bahkan ancaman kematian di laluinya, tapi kata-katanya tak pernah bergeser sedikit pun. Desanya beberapa kali porak-poranda karena di hantam musuh berlapis-lapis. Naruto tak pernah bergeming untuk mundur. Ia selalu menjadi yang terdepan menghadang maut demi melindungi desanya. Bahkan, bukan cuma hanya menyelamatkan desanya, meski harus kehilangan lengannya, Naruto juga berhasil menyelamatkan dunia Ninja dari genosida dunia Ninja.

Apakah Kaesang dan PSI berniat menjadi seperti Naruto bagi Indonesia? Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Bagikan:
Artikel sebelumnya
Artikel berikutnya

Artikel terkait

Tinggalkan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terpopuler

Peluang dan Tantangan Menjadi Kepala Daerah di Kabupaten Kepulauan Sangihe: Pilkada...

Suara Redaksi

Refleksi Hari Kartini: Juita Baraming, Perempuan Sangihe yang Menata Harapan Lewat...

Sangihe

Pahlawan Tanpa Sorotan: Dari Laut Talise, Nelayan Menjemput Nyawa Sebelum Negara...

Kolom

Dilema Data Stunting di Sangihe: Antara Fakta Lapangan dan Validitas Angka

Suara Sangihe

Beri Pesan Tegas Usai Lantik Pj Kapitalaung, Thungari: Pemdes Denyut Utama...

Sangihe

Terkini