Manado, lintasutara.com – Mencermati tafsiran yang dituang dalam media sosial (Medsos) yang membuat ruang publik menjadi ramai, dengan makna opini populis hingga makna opini kontroversi.
Terkait beredarnya video pimpinan kami yakni Bapak Walikota Manado Andrei Angouw, bisa jadi antara Manado dan Talaud–seperti yang terjadi beberapa hari terakhir ini – nyaris seluas kita menatap langit cerah di malam hari yang dipenuhi bintang-bintang. Kita ingin menggapai salah satunya, kemudian kita sadar, tangan tak terlampau panjang untuk meraihnya.
Malungsemahe…
Manga Yakang, Gaghurang, Tuari. Walaupun tak terlampau panjang untuk meraihnya, paling tidak rasa Puji Syukur kepada Aditinggi Moyang Tertinggi.
Inilah rasa bentuk ucapan terimah kasih Ketua Ikatan Kekeluargaan Indonesia Sangihe Sitaro Talaud (IKISST) Kota Manado Pontowuisang Kakauhe kepada saudara-saudaraku Dewan Pengurus Pusat (DPP) Musyawarah Masyarakat Talaud (MUKAT)
Atas pertemuan bersama dengan Walikota Manado Andrei Angouw pada Jumat. (15/09/2023) bertempat di salah satu Rumah Makan yang terletak di Jl Yos Sudarso Paal Dua.
Dalam pertemuan DPP MUKAT bersama Walikota Manado, sekaligus menghasilkan 5 point penting. Salah satunya memberikan keterangan dan penjelasan secara lebih detail terkait penggambaran PDRB antara Kota Manado dan Kabupaten Kepulauan Talaud.
“Sehingga kedepan tidak ada lagi dari semua pihak menggiring opini yang bisa membuat kegaduhan bagi masyarakat Talaud,” ucap Pontowuisang.Senin (18/09/2023)
Pontowuisang yang juga selaku Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kota Manado. Menyampaikan, dalam dialek bahasa Sangihe yakni
‘Matuligawale Ketabeng Kiusatau Sipirang Mauadipe Sasikanaung, Masabare’
(Sikap Bijak, Lembut Hati dan Sabar)
“Pada titik inilah kemudian kita percaya, waktu punya kisahnya sendiri untuk diceritakan. Waktu punya cara menginspirasi kita untuk berbuat kebaikan. Sebab, seorang pemimpin yang selalu meraih kesuksesan adalah orang yang gigih dan pantang menyerah. Dia harus liat berkelit dari kebuntuan. Dia harus punya daya lenting menyiapkan jalan raya meraih kesejahteraan bagi rakyatnya.
Dan juga, hidup kita sama seperti kapal yang berlayar di tengah hamparan samudera membiru yang enggan diam. Saat badai hidup mengamuk, seringkali kita di buat cemas, panik dan depresi.
Bagi saya, semengerikan apapun badai tersebut, tetap harus kita hadapi dan lalui. Adalah bodoh untuk berusaha menghindar dari situasi yang tak bisa kita hindari. Jika dari perjalanan tersebut bisa membuat kita menjadi sosok yang lebih dewasa.
“Karena nakhoda ulung tak pernah lahir dari arung samudera yang teduh. Nakhoda ulung lahir karena berani bergaul dengan gelora ombak dan amukan badai berbahaya setiap saat. Kepanikan berubah menjadi ketenangan, kecemasan berubah menjadi keyakinan positif, opimisme terbebas dari utopisme. Perubahan cuaca mendadak tak membuatnya panik atau kalap. Ketenangan batin seperti pedang tajam yang bisa membelah kepanikan, dan menemukan keberanian membelah lautan bergelora,” tutur Drs. Pontowuisang Kakauhe.
(Abe)