Sangihe, Lintasutara.com – Teater Fanos GMIST Imanuel Tahuna hadir dengan pentas produksi perdana lewat garapan naskah Penyesalan ‘Tak Berujung’ karya Sang “Budak Kesenian” kota Bitung Leonardo Axsel Galatang.
Bertempat di lantai 2 Graha Imanuel Tahuna, pentas garapan sutradara muda Sangihe, Apeles Manatar terbilang sukses menggetarkan batin penonton yang hadir dengan suguhan permainan akting penuh emosi para pemain, ditunjang garapan musik, Artistik dan penataan cahaya nan padu.
“Apa yang ditampilkan teman-teman diatas panggung sangat menghibur dan mengedukasi,” tutur Christian Boham, salah satu penonton pementasan dihari Jumat (29/07/2022).
Menghibur, lanjut dia dimaksudkan terkait keseluruhan pementasan yang menjadi warna baru seni pertunjukan di Tahuna yang masih jarang dilaksanakan. Sedangkan mengedukasi, yakni persoalan nilai kekeluargaan yang seharusnya terjadi dan tersampaikan dengan baik kepada penonton.
“Saya sendiri tak bisa membayangkan bagaimana sedihnya seorang ibu renta dan sakit-sakitan ketika tidak bisa bertemu anak-anaknya sekian lama hingga merasa mereka mengabaikan dirinya setelah sekian lama ia besarkan.
Kemudian, bagaimana penyesalan sedemikian besar dari anak-anak si Ibu ketika harus menghadapi kenyataan Ibu mereka harus wafat tanpa keberadaan mereka, apalagi hal itu terjadi karna kesibukan mereka. Surat yang hadir secara voice over malah membuat rasa menyesal itu lebih mengiris baik pemain maupun penonton,” lanjutnya.
Sementara itu, Apeles Manatar selaku Sutradara menyebutkan jika pementasan yang dilaksanakan selama dua hari (Jumat dan Sabtu) ini seyogianya untuk lebih mengenalkan teater tidak hanya kepada warga Jemaat, namun juga masyarakat.
“Kami berharap seni Teater bisa lebih dikenal setidak-tidaknya oleh warga Jemaat. Saat ini kesenian ini mulai mendapatkan tempat dalam diri masyarakat Sangihe dan akan sangat baik ketika bisa membudaya sebagai pembangunan kretivitas anak muda, terutama membangun peradaban,” sebutnya.
Namun selain itu lanjut dia, ada nilai-nilai kemanusiaan yang acapkali lahir dari tiap pementasan hingga berubah menjadi suggesti untuk merubah cara pandang masyarakat terkait hidup dan berkehidupan. Tidak ada manusia yang sempurna maka kita harus hadir untuk saling melengkapi. Hal kedua ini menjadi kunci semangat kami berkesenian,” kuncinya.
Baca Juga : Lomba Teater FSPG 2022 Usai, Ini Daftar Juara Hingga Pemenang Kategori
Baca Selanjutnya : Sekilas Pentas Penyesalan Tak Berujung Garapan Teater Fanos