Tomohon, Lintasutara.com — Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tomohon mengakui memakai matrial batu yang mudah keropos pada pembangunan jalan Gereja Baru-Makatembo Tinoor.

Bahkan bukan hanya pada proyek tersebut saja namun semua proyek di Kota Tomohon.
“Semua proyek di manapun gunakan batu itu, ambil dari Kinilow. Kan saat ambil langsung di letakan di truk, mungkin saja terbawa beberapa batu itu dan saat pemasangan batu mereka (pekerja) langsung pasang saja,” ujar Herry Tumurang, PPK Proyek tersebut, yang saat itu mendampingi Kadis PUPR Tomohon, Ir. Enos Pontororing, di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.

Selain matrial batu mudah keropos, Ia juga menjelaskan terkait pengaspal yang mudah retak dan hancur yang diduga disebabkan oleh suhu aspal saat hamparan tidak sesuai ketentuan.

“Untuk suhunya, ada saksi dari pihak luar (salah satu LSM di Tomohon) yang melihat saat kita melakukan hamparannya. Suhunya sampai 100 derajat lebih,” katanya
Namun, ia mengakui kalau pemadatan dilakukan kurang maksimal karena area pengerjaan yang terjal.

“Jadi alat berat hanya sekali lewat tidak bisa balik lagi. Harus memutar (kampung) untuk melakukan pemadatan lagi. Jadi memakan waktu,” ujarnya.
Tumurang pun yakin bahwa jalan tersebut dapat bertahan sampai 3-5 tahun sesuai umur jalannya.
Sedangkan yang awak media temukan, pekerjaan tersebut dalam masa pekerjaannya sudah pernah rusak parah dan akhirnya dilakukan pengaspalan lagi.
Bahkan di area yang di aspal kembali tersebut, terjadi lagi keretakan bahkan bergelombang/tidak rata (seperti ada lubang) yang berpotensi akan merusak secara cepat jalan tersebut.
“Saat ini proyek tersebut masuk dalam masa pemeliharaan,” katanya.
Diketahui bersama, pemadatan aspal pada badan jalan wajib dilakukan dengan benar dan sesuai spesifikasi yang diisyaratkan oleh RKS karena akan berpengaruh terhadap kualitas campuran aspal.
Berikut beberapa risiko negatif yang dihasilkan apabila pemadatan kurang sempurna.
Pertama, aspal sudah rusak sebelum waktunya.
Kedua, agregat pada campuran aspal akan mudah terpisah akibat kurangnya pemadatan.
Ketiga, kelenturan aspal berkurang
Permukaan aspal tidak rata sehingga tidak nyaman bagi pengemudi kendaraan.
Diektahui, Proyek tersebut memakan biaya Rp2.235.000.000 bersumber dari APBD 2021 (Dana PEN), yang dikerjakan PT. Fajar Nusa Konstruksi.
(Red)