Sangihe, Lintasutara.com – Pada tahun 2025, Kabupaten Kepulauan Sangihe merayakan usia yang luar biasa: 600 tahun. Sebagai salah satu kabupaten tertua di Indonesia, Sangihe memiliki sejarah panjang yang membentang dari masa kerajaan lokal hingga era modern saat ini. Ulang tahun ke-600 ini menjadi momentum refleksi tentang identitas, tradisi, dan perjalanan Sangihe dalam menghadapi tantangan modernisasi.
Kabupaten Kepulauan Sangihe telah menjadi saksi peradaban manusia sejak zaman dahulu. Letaknya yang strategis di antara Filipina dan Sulawesi. Dalam sejarahnya, Sangihe tidak hanya dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, tetapi juga sebagai penjaga kedaulatan maritim Indonesia di bagian utara.
Warisan budaya yang kaya, seperti bahasa, seni tari Masamper, musike kalaeng, dan tradisi adat Tulude, menjadi bukti keunggulan identitas lokal yang tetap bertahan hingga kini. Namun, di tengah derasnya arus globalisasi, muncul pertanyaan: bagaimana Sangihe dapat menjaga warisan ini tanpa mengabaikan peluang modernisasi?
Seperti banyak wilayah lain di Indonesia, Sangihe menghadapi tantangan modernisasi yang kompleks. Infrastruktur masih menjadi masalah utama, terutama di pulau-pulau kecil seperti Marore dan Kawaluso. Akses transportasi, layanan kesehatan, dan pendidikan masih membutuhkan perhatian serius untuk memastikan tidak ada warga yang tertinggal.
Modernisasi juga membawa ancaman terhadap lingkungan. Peningkatan aktivitas ekonomi, termasuk pertambangan dan pembangunan infrastruktur, seringkali berbenturan dengan upaya pelestarian alam. Pulau-pulau di Sangihe, yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, menghadapi risiko yang semakin besar akibat perubahan iklim.
Namun, modernisasi juga menawarkan peluang besar. Digitalisasi, misalnya, membuka ruang bagi pengembangan ekonomi lokal. Produk-produk kerajinan tangan dan kuliner khas Sangihe kini dapat menjangkau pasar global melalui platform online. Selain itu, promosi pariwisata berbasis digital mampu menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk menikmati keindahan alam dan budaya Sangihe.
Pemerintah daerah, di bawah kepemimpinan Pj. Bupati Albert Huppy Wounde, telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk mendukung transformasi digital, termasuk peningkatan akses internet di daerah terpencil.
Perayaan 600 tahun Sangihe adalah momen untuk merenung sekaligus merancang masa depan. Bagaimana Sangihe dapat berkembang tanpa kehilangan jati diri? Bagaimana nilai-nilai tradisional dapat berdampingan dengan inovasi modern?
Kunci keberhasilan terletak pada harmoni. Sangihe harus mampu memadukan kekayaan budayanya dengan kemajuan teknologi, menjaga kelestarian alam sambil menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan. Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, Sangihe dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia dalam menghadapi era modernisasi.
Selamat ulang tahun yang ke-600, Sangihe! Semoga perjalanan panjang ini terus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
