Sangihe, Lintasutara.com – Pasar Senggol di Pelabuhan Tua Kota Tahuna Kabupaten Sangihe, yang digelar sejak 17 Desember 2024, resmi memasuki hari terakhirnya pada malam pergantian tahun. Tradisi tahunan yang biasanya meriah dengan hiruk-pikuk pengunjung ini, tahun ini diwarnai dengan keluhan pedagang yang mengaku pendapatan mereka jauh dari harapan.
Dari pantauan tim lintasutara.com, kondisi pasar terlihat lengang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Para pedagang yang menjual berbagai barang seperti pakaian, sepatu, dan kembang api, mengeluhkan sepinya pengunjung yang berdampak langsung pada menurunnya omzet penjualan mereka.
“Tahun lalu, dua hari sebelum malam tahun baru seperti ini, pengunjung ramai sekali. Sekarang lapak kami masih sepi pembeli. Pendapatan sangat menurun,” ujar salah satu pedagang pakaian, mengungkapkan isi hatinya.
Faktor ekonomi yang lesu menjadi salah satu penyebab utama sepinya pengunjung. Menurunnya daya beli masyarakat Sangihe terasa sangat signifikan di tengah situasi ini. Para pedagang mengaku kesulitan menutup biaya operasional, termasuk sewa lapak yang tidak murah.
“Kami tetap harus bayar sewa lapak, sementara pengunjung sedikit sekali. Barang dagangan juga banyak yang belum terjual,” tambah seorang pedagang lainnya.
Pasar Senggol, yang biasanya menjadi tempat favorit masyarakat untuk berbelanja kebutuhan Natal dan Tahun Baru, tahun ini menghadirkan tantangan tersendiri bagi pedagang. Sepinya pengunjung mencerminkan tantangan ekonomi yang dirasakan masyarakat luas, terutama menjelang akhir tahun.
Meski demikian, harapan masih ada. Para pedagang berharap lonjakan pengunjung terjadi pada malam pergantian tahun, walau waktu yang tersisa sangat terbatas.
Pasar Senggol, yang telah menjadi bagian dari tradisi tahunan Kota Tahuna, kali ini menyisakan pelajaran penting tentang dampak ekonomi bagi pelaku usaha kecil. Semoga di tahun mendatang, kondisi ekonomi dapat kembali pulih dan Pasar Senggol kembali menjadi pusat perayaan yang semarak.
(Tim)