Manado, Lintasutara.com – Meminjam istilah Bojan Pozar, Igor Omerza– sekiranya pas dalam kisah kehidupan Adrey Laikun, sosok politisi yang terlahir sebagai anak pulau.
Seakan jalinan dari berbagai kebetulan dan keberuntungan, serta produk dari beragam keadaan yang luar biasa, atau bahkan amat menakjubkan.
Tepatnya tanggal 7 Mei 2024, Pukul 14.30 Wita, suatu kebetulan dengan tanggal kelahirannya pada 44 tahun silam, tepatnya 7 Mei 1980.
Ia mendatangi Kantor Sekertariat Partai NasDem Kota Manado, untuk mendaftarkan diri sebagai bakal calon (Bacalon) Wakil Walikota Manado (Wawali) periode 2024 – 2029.
Laikun newakili warga Nusa Utara (Nustar) mendaftar dengan tagline ‘Mageng Beline Orase I Kangere Wue
Mageng beline Anak Pulau Isai Wue’
Mengutip Puisi ‘Aku Laut Aku Ombak’ Karya Seniman Nasional Iverdixon Tinungki,
di laut tak ada juragan dan kelasi
ketika puncak-puncak karang mengintai nafas
aku mengangkat layar mengarahkan kemudi
atau mendayung ketika angin mati.
Lima tahun setelah Taman Laut Bunaken ditemukan para penyelam pada 1975, Adrey Laikun lahir di pulau yang disebut sebagai pusat segitiga terumbu karang dunia itu. Sebagaimana anak pulau, masa kecil Adrey Laikun tak lain laut, ombak, arus dan perahu.
Baginya alam mendapatkan pengertian yang lebih luas sebagai rumah. Tak seperti rumah dalam kebanyakan bayangan kaum kaya yang bermakna properti. Sebagaimana takdir alamiahnya, setiap anak yang lahir dan hidup di pulau secara metaforis disebut beribukan ombak, berayahkan arus. Dan mereka pada akhirnya akan melewati laut.
Mereka akan menjadi manusia yang mengikhlaskan semua hal, dan punya opini tentang segala hal yang baru dilihatnya, termasuk menjalani kehidupan yang tidak benar-benar aman. Mereka akan tumbuh menjadi seseorang yang tak mungkin meluputkan segala hal yang meninggalkan bekas mendalam pada dirinya.

Demikian Adrey Laikun, sosok politisi yang dibesarkan dalam kultur bahari dan pesisir yang keras dan penuh tantangan. Di Manado, anak-anak yang lahir dengan latar ini disebut “anak Pante”. Latar kulturalnya itulah yang menonjol di kemudian waktu terlihat pada kiprah Adrey Laikun sebagai seorang politisi.
Andrey Laikun adalah anak Bunaken pertama yang duduk di kursi legislatif Kota Manado dan menjabat Wakil Ketua DPRD. Sebagai salah seorang pimpinan dewan kota, fungsi dan tugasnya di lembaga tersebut pasca-terpilih sudah pasti tak saja menjadi representasi masyarakat di dapilnya.
Lebih dari itu, ia telah menjadi representasi dari 432.300 penduduk kota manado. Ia harus bekerja sebagaimana kedaulatan rakyat yang dititipkan padanya. Ia memikul tugas atas mandat rakyat itu sebagaimana di atur dalam sistem ketata-negaraan di Indonesia terkait hubungan legislatif dan eksekutif.
Peran-peran yang tidak mudah itu telah dilalui Adrey Laikun dalam tahun-tahun kiprahnya di dewan kota. Keberpihakannya pada aspirasi rakyat membuat ia menjadi sosok yang dikenal tanpa kompromi.
Pertarungannya di ruang-ruang legislasi sudah pasti tak banyak diketahui orang. Tapi bagi sesama legislator, Adrey dikenal sebagai seseorang yang sangat gigih dalam memperjuangan segala hal yang terkait dengan kepentingan rakyat,” ucap Alfein Gilingan tokoh Nusa Utara asal Pulau Manado Tua.
Menurut Yakang Ein panggilan akrab warga Nusa Utara di Kota Manado, Adrey tumbuh dalam kultur masyarakat pulau dan pesisir yang menyukai tantangan dan berani menghadapinya.
“Adrey adalah gambaran anak pulau dan pesisir itu. Ia tak saja mencintai pulaunya, tapi juga tetap menjaga cara-cara hidup dan bertidak sebagaimana budaya yang ada dalam masyarakatnya yang saling membantu dan saling mendukung satu sama lain,” ungkapnya
Kini, sebut Gilingan, masyarakat di pulau Bunaken, Siladen dan Manado Tua merasa bangga Adrey bisa mendaftarkan diri sebagai bakal calon wakil walikota manado, karena ia berasal dari Kecamatan Bunaken Kepuluan itu.
“Kendati Adrey bukan saja bagian dari keterwakilan masyarakat pulau-pulau kecil ini, tapi sebagaimana sikap hidupnya selama ini, Adrey tetap mencintai pulau tempat kelahirnya,” kuncinya.
(Albert)