Manado, Lintasutara.com – Tahapan pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), tidak lama lagi.
Sejauh ini, ada beberapa nama yang menurut masyarakat mampu dan layak maju sebagai calon Bupati, lantas menjadi topik pembicaraan.
Salah satunya, Kolonel Laut (KH) Ir. Florendo V Jacobus, MSI.,M.Tr.Opsla. Santer beredar kabar, Jacobus bakal maju dalam kontestasi Pilkada 2024 sebagai calon Bupati Sitaro.
Bahkan salah satu pejabat tinggi di Lantamal VIII Manado ini, kabarnya mulai dapat lirikan sejumlah pihak, baik Parpol maupun perorangan.
Dalam diskusi di Rumah Kopi Rent (RKK) di Manado, Senin (18/03/2024), Alfian Tumuahi salah satu masyarakat Nusa Utara menyebutkan munculnya nama Jacobus sebagai hal wajar dalam dimensi demokrasi.
“Ini negara demokrasi jadi wajar saja Pak Kolonel yang saat ini menjabat kepala Asintel AL Lantamal VIII Manado menjadi figur sentral, jadi incaran banyak pihak, lantas kemudian kita dorong menjadi bakal calon kepala daerah di Sitaro,” ujar Tumuahi.
Maka dari itu, meskipun masing – masing parpol memiliki figur dari kader partainya, namun menurut dia bukan hal yang sulit bagi Kolonel Jacobus untuk mendapatkan pinangan pada Pilkada 2024 mendatang.
Masih Anggota Militer TNI AL
Kendati demikian lanjutnya, saat ini Kolonel Laut (KH) Ir. Florendo V. Jacobus masih terikat kedinasan sebagai anggota militer di TNI AL.
“Tentunya kalaupun nanti betul-betul akan maju ikut berkompetisi dalam Pilkada 2024, ada proses panjang selaku anggota militer termasuk mendapatkan izin dari pimpinan,” ujar Tumuahi
Pada tempat yang sama, Abner Gaghaube, salah satu pendiri aliansi masyarakat nusa utara bersatu (Amsatu) menyebutan Pilkada merupakan perwujudan hak dasar rakyat memilih pemimpin daerahnya.
“Ini adalah suatu proses pembelajaran politik yang dapat melibatkan daya kritis dalam masyarakat,” sebutnya.
Strategi political marketing, lanjutnya dapat masyarakat terapkan dalam menganalisis proses dan hasil pemilihan kepala daerah yang menjembatani kepentingan kandidat dan konsituennya.
“Hal ini menggambarkan strategi political marketing yang diterapkan melalui model sosialisasi dan komunikasi politik, termasuk untuk mengukur sejauh mana posisi pak Kolonel,” pungkas Gaghaube.
(Albert)