Sangihe, Lintasutara – Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang tak bisa dipungkiri telah menjadi duka bersama insan sepak bola, tidak hanya untuk Indonesia, tapi juga internasional.
Rasa duka yang sama-pun dirasa sampai ke perbatasan utara NKRI. Ya, duka Kanjuruhan dirasakan juga oleh insan sepak bola Sangihe.
Hal ini makin terasa dalam hening cipta bersama sebelum dimulainya Turnamen antar SMP se Kabupaten Kepulauan Sangihe di Lapangan Gesit Tahuna, Rabu (05/10/2022) kemarin.
Dalam pantauan, pada laga pembuka yang menampilkan SMP N 1 Tabteng vs SMP N 1 Tahuna B, kedua kesebelasan-pun menggunakan pita hitam dilengan.

Kepada awak media, Ketua Askab PSSI Sangihe Michael Thungari menyebutkan jika apa yang bisa disaksikan merupakan salah satu wujud paling murni dari slogan sepak bola mempersatukan kita.
“Itu merupakan wujud kebersamaan kita sebagai insan sepak bola, bahwa apa yang terjadi di Kanjuruhan Malang merupakan duka kita semua, termasuk untuk kami di Sangihe. Sepak bola selalu mempersatukan kita,” sebut Thungari.
Dirinyapun meminta semua insan sepak bola maupun pihak-pihak yang teribat untuk selalu menjunjung tinggi sportivitas dan kemanusiaan dalam setiap pertandingan.
“Tidak ada satupun kemenangan yang lebih berharga dari nyawa manusia, sehingga memang keselamatan kita semua selalu ada diatas segalanya,” kuncinya.
(Gr)