Tantangan Yang Baru; Menuju Jurusan Seni Rupa Kampus Ungu FBS UNIMA
Memasuki usianya yang ke-24 tahun, Riswanto Pudinaung akhirnya memutuskan untuk merealisasikan mimpinya masuk ke Perguruan tinggi. Universitas Negeri Manado (Unima) akhirnnya menjadi tujuan untuk melanjutkan pendidikan.
Program Studi Seni Rupa dan kerajinan di Fakultas Bahasa dan Seni-pun dipilihnya. “Kampus Ungu (FBS) menjadi tantangan yang baru. Pada akhirnya kuliah bukan menjadi tujuan melainkan awal yang baru,” sebutnya.
Masuk kuliah, sebut Riswanto bukan hal yang mudah baginya. Baru setahun menjadi civitas akademika UNIMA dirinya lagi-lagi terbentur dengan masalah financial; baik terkait kebutuhan perkuliahan maupun pembiayaan kehidupan sehari-hari.
Alhasil, dirinyapun memberanikan diri mengajukan permohonan kepihak Kepala Jurusan Seni untuk memanfaatkan fasilitas kampus tak terpakai guna melanjutkan kehidupan perkuliahannya.
“Waktu itu ada satu ruangan kosong bekas WC yang memang sudah tidak digunakan. Ruangan itupun kami sulap menjadi kamar dan syukur diijinkan pihak Jurusan. Asalkan membantu menjaga dan membersihkan ruangan dosen serta lingkungan kampus,” kisah Ipank mengingat masa kuliahnya.
Hidup di ‘Kost gratisan’ inipun dijalani Riswanto Pudinaung kurang lebih 4 tahun dengan segala dinamikanya. Sementara, untuk masalah perut dirinya mengandalkan ilmu ‘kampus’ dengan membuat taman, patung, dekorasi hingga ‘lagi-lagi diselamatkan’ dunia perteateran yang didapatkannya dari Sanggar Tangkasi binaan sang “Budak Kesenian” Leonardo Axel Galatang.
“Ada-ada saja cara untuk hidup tinggal bagaimana kita menjalaninya. Ketika tidak ada mata kuliah, ada waktu kosong yang bisa digunakan untuk menggunakan kemampuan dan kreativitas kita demi sesuap nasi maupun biaya hidup yang lain. Bahkan, kita juga bisa mengurangi beban orang tua,” lanjutnya.
Pola kehidupan seperti inipun dimanfaatkan Ipank yang pada periode ini mulai mendapat sebutan baru, “Maestro” imbas sejumlah keahliannnya dalam artistic teater dan kemampuan lain dirinya hingga kiprahnya di Kampus Ungu FBS usai pada tahun 2019 lewat seremoni pemindahan tali toga.

Baca Juga : Mengenal Katrence Kamea, Nenek Berusia 100 Tahun Asal Sulawesi Utara
Teater, GSMS dan Jalan Hidup Yang Tak Terprediksikan; Jadi Guru
Jadi seorang Guru ternyata bukan cita-cita Riswanto Pudinaung si ‘Maestro’. Pasalnya, usai menyandang gelar Sarjana Pendidikan dirinya malah ingin fokus menjadi seniman teater dan perupa, hingga akhirnya masuk dalam program Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang digalang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
Namun, jalan hidup nyatanya memang tak terprediksikan. Masih ditahun yang sama dirinya coba-coba mengikuti seleksi pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) provinsi dengan mengambil jurusan Seni unit tugas SMK Negeri 6 Bitung.
“Tak disangka coba-coba ‘semi-serius’ itu malah berakhir dengan pengumuman lulus dan benar-benar menjadi Guru di SMK Negeri 6 Bitung. Jalan hidup memang tak terprediksikan,” cuap Pak Guru Riswanto, sapaannya kini.
Belakangan, selain menjalani kesibukannya sebagai Pendidik, Riswanto Pudinaung juga berkiprah sebagai pegiat lingkungan dan literasi. Beberapa kali dirinya kelihatan menyuarakan penyelamatan laut dan pantai dari bahaya sampah plastik lewat kampanye kreatifnya.
Dirinya juga acapkali terpantau aktif dengan “Daseng Literasi” yang merupakan perpusatakaan kecil berkonsep literasi pembentukan mental, karakter dan kreativitas anak-anak dipulau Lembeh.
“Kita percaya orang yang hidup pas-pasan juga punya mimpi, punya impian dan harus kita gapai walaupun jalan hidup kita berbeda. Saya tidak ingin menjadi langit, saya hanya ingin menjadi bumi; Langit hanya bisa dipandang Manusia sementara bumi menjadi tempat hidup manusia,”
Riswanto Pudinaung
(Gr)