Sangihe, Lintasutara.com – Rencana kehadiran transportasi online melalui aplikasi ‘klikjo’ di Kabupaten Kepulauan Sangihe, mulai mendapat respon penolakan dari berbagai elemen masyarakat.
“Saat ini Sangihe belum butuh ‘klikjo’ untuk transportasi, sebab mode tranportasi dengan sistem yang ada sekarang (manual) masih cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat penggunanya,” ujar salah satu warga warga Tahuna namun enggan namanya di phublis.
Kami tidak alergi dengan perubahan, tetapi masyarakat butuh kepastian terkait dampak sosial dengan kehadiran transpotasi tersebut.
“Harusnya pihak management dari aplikasi tersebut mensosialisasikan terlebih dahulu manfaat maupun kerugian bagi warga Sangihe jika mereka beroperasi, jangan sampai hanya perusahaan menikmati keuntungan disisi lain ekonomi warga kecil dimatikan. Bila itu tak dilakukan oleh perusahaan, pasti kami akan menolak dengan cara apapun kehadiran mereka (klikjo),” sambungnya.
Tidak hanya itu, Sangihe secara infrastruktur belum memadai untuk kehadiran aplikasi online.
“Kita tau bersama, jaringan internet di Sangihe belum baik dan merata sehingga akan menjadi kendala bagi konsistensi usaha online,” tuturnya.
Sementara itu, Rizky Tahulending tukang ojek yang biasa mangkal di pusat Kota Tahuna, menyampaikan keresahanya akan kehadiran aplikasi ojek online.
“Saya hanya kuatir jangan sampai kehadiran mereka (klikjo) mematikan mata pencarian kami orang kecil yang hanya mencari makan. Sehingga kami meminta pemerintah agar meninjau kembali kehadiran aplikasi ini,” kunci pria yang biasa di sapa Iky ini dengan nada sedih sembari mengatakan apabila usaha mereka dimatikan maka akan siap melawan para ‘penjajah’ ekonomi.
(Ts)