Dukung karya jurnalisme perbatasan Lintasutara.com
Lihat
LU TV

Mengaku LSM, Pepeng Marah Proyek Drinase Diduga Abal-Abal Jadi Sorotan Media

Bitung, LintasUtara.com — Proyek pembangunan drainase/gorong-gorong di Manembo-nembo bawah diduga dikerjakan asal-asalan.

Pembangunan Saluran Outlet Kota Bitung tersebut menelam anggaran 2.474.000.000 (Dua miliar Empat Ratus Tujuh Puluh Empat Juta) menggunakan dana APBD-Dana Alokasi Umum.

Dikerjakan oleh CV Yisreel dengan nomor kontrak 05/602.1/SP/PEN/PPK-SDA/I/2022 dan tanggal kontrak 4 Januari 2022 dengan waktu pelaksana 240 hari kalender.

Proyek tersebut terletak di Kecamatan Matuari, yang dimulai dari perampatan GMIM PNIEL Manembo-nembo sampai ke bibir pantai (jl. Dumais).

Dari hasil investigasi LintasUtara.com, Sabtu (16/4/2022) lalu di lokasi, ditemukan susunan batu untuk pembuatan saluran tidak menggunakan batu solit melainkan menggunakan batu yang mudah keropos bahkan bertanah.

Terlihat juga kontraktor masih menyetok beberapa tumpukan matrial batu keropos dipinggir jalan.

Matrial yang bercampur dengan tanah

Selain itu juga tidak ada saluran/drainase sementara untuk mengaliri air got sehingga didapatkan informasi rumah warga sekitar kemasukan air pada saat hujan karena ditutup aliran drainase yang masuk ke pekerjaan tersebut.

Saluran air tidak mengalir

Juga demikian, keadaan proyek drainase tersebut seperti kolam pece, tergenang air sehingga terhenti pekerjaan, tambah lagi tidak terlihat adanya lantai kerja.

Ketika dikonfirmasi ke pihak pekerja proyek (kontraktor), seorang pria disapa Pepeng yang mengaku penanggung jawab proyek malah hanya marah-marah seakan tidak terima pekerjaannya disoroti dan menjawab beda dengan pertanyaan.

“Torang berupaya mobeking tampa itu supaya nda banjer disitu, karena torang yang kerja disitu orang kampung situ, bukang kontraktor dari luar kerja disitu. Kalau kontraktor dari luar yang kerja disitu so bukang ngoni so torang yang mo ajar proyek tu dia,” ucap Pepeng, yang mengaku dari LSM juga.

Pepeng kemudian mengakui kalau memang tidak bisa menggunakan batu merah/batu yang mudah kropos namun katanya semua proyek sepeti itu (menggunakan batu merah).

“Semua pekerjaan begitu, tetap ada batu merah, cuma diwaktu itu hujan. Jelas tidak boleh (batu yang mudah keropos) hanya saja di manapun kebanyakan menggunakan batu merah,” katanya dengan nada tinggi, sembari mengatakan batu itu bukan orang yang bikin sehingga menjadi merah yang mudah keropos.

Tambahnya, saat mengambil vidio dan gambar pada pekerjaan tersebut tanpa mengajak mereka, karena pasti akan ada perbedaan di saat media mengambil gambar sendiri dan dengan meminta ijin padanya untuk mengambil gambar.

“Coba sekarang turun lapang bersama-sama kita pastikan kalau memakai batu merah dan bercampur dengan tanah. Itu karena hujan sampai jadi seperti itu,” ajaknya.

Ia pun dengan nada kesal mengatakan kalau sudah tidak mengghargai LSM yang berada di kampungnya.

“Ngoni so nda hargai LSM yang ada di kampung. Nanti torang pigi lia sama-sama, nanti bakudapa deng torang pe LSM di kampung situ lagi. Kita lagi LSM, punya masa bukang nda,” ungkapnya.

Setelah turun di lokasi didampingi Direksi Lapangan Dinas PUPR, Pepeng sudah enggan berkomentar dan hanya diam saat melihat situasi di lapangan dan ditemukan ada material yang tidak layak tersebut.

Beberapa saat selesai pertemuan, didapat informasi bahwa pepeng bukanlah kontraktor proyek tersebut, melainkan salah satu dari kedua orang yang datang bersamaan dengannya, ia melainkan hanya LSM yang “back up” proyek tersebut.

(TIM)

Bagikan:

Artikel terkait

Advertisement

Terpopuler

Rokok Ilegal hingga Dugaan Penganiayaan Wartawan, Kepala PSDKP Tahuna Terjerat Kontroversi

Sangihe

Heboh Dugaan Penganiayaan Wartawan, Ini Profil Kepala Stasiun PSDKP Tahuna: Martin...

Sangihe

Ferdy Sondakh Imbau Kader PDI-P Sangihe Bersabar

Sangihe

Dari Manado ke Panggung BPU Sangihe, Sanggar Teater Kavirsigers Bakal Sajikan...

Sangihe

Refleksi Hari Kartini: Juita Baraming, Perempuan Sangihe yang Menata Harapan Lewat...

Sangihe

Terkini