Internasional, Lintasutara.id – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, kini sedang bergembira usai negaranya berhasil mengamankan perjanjian dengan Uni Emirat Arab (UEA) terkait pembelian jet tempur tercanggih, Rafale.
Uni Emirat Arab membeli 80 jet tempur Rafale terbaru buatan Prancis dengan total transaksi senilai 18 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 261, 4 triliun. Ini (pembelian jet tempur Rafale) adalah jumlah transaksi terbesar yang pernah dilakukan Prancis.
Tidak hanya sampai disitu saja, Presiden Macron juga mengumumkan kontrak pembelian 12 helikopter tempur jenis Airbus.
Perjanjian ini di finalisasi ketika dirinya bertemu Putra Mahkota sekaligus penguasa de facto UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Pertemuan ini berlangsung dalam rangkaian kunjungannya ke negara-negara di Teluk Persia.
Pembelian peralatan tempur canggih ini setidaknya mengobati “kegundahan” Presiden Macron. Sebelumnya Prancis sudah siap untuk melakukan finalisasi perjanjian pembelian pembelian 12 kapal selam dengan Australia senilai 66 AS dolar.
Namun, perjanjian ini batal setelah Australia lebih memilih membeli kapal selam buatan Amerika Serikat dengan alasan teknologi yang dimiliki lebih canggih.
Melansir Associated Press, Sabtu (4/12/2021), Presiden Macron mengatakan perjanjian ini sangat penting untuk mempererat kerja sama pertahanan antara kedua negara.
Selain itu, kontrak ini menguntungkan secara ekonomi bagi Prancis. “Ini (pembelian) sangat penting bagi ekonomi kami karena jet tempur ini dibuat di Prancis,” kata Macron.
Produsen jet tempur Rafale, Dassault Aviation, angkat bicara terkait perjanjian ini. CEO Dassault Aviation Eric Trappier mengatakan, UEA adalah negara pertama yang akan menerima jet tempur Rafale model F4.
Pembelian ini menurutnya adalah sejarah baru dalam dunia penerbangan Prancis. “Kabar yang menggembirakan buat Prancis dan industri aeronautika Prancis,” ujar Eric.
Pembelian peralatan tempur canggih ini dipandang dapat meningkatkan kemampuan tempur Uni Emirat Arab di wilayah Teluk Persia. Terutama dalam upaya untuk meningkatakan kesiapan UAE menghadapi ancaman gerakan terorisme dan manuver Iran di wilayah Teluk Persia. (Am)