Mengenal Tokoh, Lintasutara.com – Zbigniew Brzezinski atau nama lengkapnya Zbigniew Kazimierz Brzezinski (28 Maret 1928 – 26 Mei 2017) adalah pakar Geopolitik terkemuka AS.
Brzezinski pernah menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional di masa pemerintahan Presiden Jimmy Carter (1977-1981), memainkan peran penting dalam negosiasi perjanjian senjata nuklir SALT II antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dan dalam upaya AS untuk mempertahankan pemerintahan Mohammad Reza Shah Pahlavi, shah Iran.
Selama masa Perang Dingin (Cold War) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, Zbigniew Brzezinski bersama dengan Henry Kissinger dikenal sebagai penasihat kemanan nasional yang memainkan peran yang besar dalam membantu Presiden AS mempertahankan kekuatan geopolitik Amerika.
Brzezinski lahir di Warsawa, Polandia, 28 Maret 1928, putra dari Leonia (nee Roman) dan Tadeusz Brzeziński. Ayahnya adalah seorang diplomat Polandia yang pernah ditempatkan di Berlin, Jerman di saat bangkitnya pengaruh Nazi yang dipimpin Adolf Hitler, kemudian di Soviet Moskow, sebelum dikirim ke Kanada. Setelah Nazi dan kemudian Uni Soviet menginvasi Polandia, keluarganya memutuskan untuk berimigrasi ke Kanada.
Setelah ditolak studi di Inggris karena larangan imigrasi, “Zbig” sebutan akrabnya memilih untuk melanjutkan studi di Jurusan Ilmu Ekonomi dan politik di Universitas McGill, Montreal (B.A., 1948), Ilmu Politik di McGill (M.A., 1950) dan di Universitas Harvard (Ph.D., 1953). Disinilah dia bertemu tokoh besar bidang hubungan internasional lainnya, seperti Henry Kissinger dan Samuel Huntington.
Pada rentang tahun 1953–1960, Brzezinski menetap di Harvard dan bekerja sebagai asisten profesor di jurusan Ilmu Pemerintahan sekaligus sebagai Research Fellow di Harvard’s Russian Research Center sebelum memutuskan untuk menjadi Associate Professor di Jurusan Hukum Publik dan Pemerintahan, Universitas Columbia dari tahun 1960 hingga 1962.
Di Universitas Columbia, Brzezinski menjabat sebagai Direktur pertama Columbia’s Research Institute on Communist Affairs (selanjutnya berganti nama menjadi The Research Institute on International Change), posisi yang diembannya sampai tahun 1977.
Selain jabatan di institusi akademik, Brzezinski juga menjadi penasihat urusan luar negeri untuk Presiden John F. Kennedy dan Lyndon B. Johnson dan aktif di banyak lembaga kebijakan luar negeri, seperti Council on Foreign Relations dan pertemuan Bilderberg. Kemudian pada tahun 1973, dengan dukungan David Rockefeller, ia mendirikan Trilateral Commission, di mana ia secara konsisten menganjurkan perlunya kebijakan AS yang moderat.
Disaat menjabat sebagai Direktur Pertama (1973-76) Trilateral Commission, Brzezinski bertemu dengan Jimmy Carter, yang kala itu menjabat sebagai gubernur Georgia dari partai Demokrat, dan bertindak sebagai penasihat urusan luar negeri Carter selama masa kampanye presidennya, sehingga ketika Carter dilantik menjadi presiden AS di tahun 1977, Brzezinski diangkat menjadi Penasihat Keamanan Nasional-nya.
Tim kebijakan luar negeri Carter mencapai beberapa keberhasilan besar. Selain memainkan peran dalam menegosiasikan perjanjian SALT II (yang ditarik Carter dari pertimbangan Senat AS setelah invasi Soviet ke Afghanistan pada 1979), Brzezinski membantu Carter menegosiasikan kembali Perjanjian Terusan Panama (diratifikasi 1978).
Selain itu, Brzezinski juga getol meningkatkan hubungan AS dengan China. Di bawah arahannya, Amerika Serikat membuka kedutaan resmi pertamanya di ibukota Cina sejak komunis mengambil alih kekuasaan pada tahun 1949.
Setelah meninggalkan Gedung Putih, ia kembali mengajar di Universitas Columbia (1981-1989) dan kemudian (dari 1989) menjabat sebagai profesor peneliti senior hubungan internasional di Sekolah Studi Lanjutan Internasional Paul H. Nitze di Universitas Johns Hopkins dan sering menjadi nara sumber di beberapa stasiun TV AS dan internasional.

Sebagai akademisi, Brzezinski menulis beberapa buku ternama yang wajib dimiliki oleh para pencinta diplomasi, geopopolitik maupun hubungan internasional, diantaranya Between Two Ages: America’s Role in the Technetronic Era (1970), dimana ia memprediksi bahwa Amerika Serikat dan Uni Soviet pada akhirnya akan saling bertarung di negara berkembang dalam hal perebutan Sumber Daya Alam.
Karyanya yang lain adalah The Grand Failure: The Birth and Death of Communism in the Twentieth Century (1989); The Grand Chessboard: American Primacy and Its Geostrategic Imperatives(1997); The Choice: Global Domination or Global Leadership (2004); dan Strategic Vision: America and the Crisis of Global Power (2012).
Baca Juga: Mengenal Penyair Eksotis Kahlil Gibran
The Grand Chessboard (1997) menjadi salah satu bukunya yang paling terkenal, dimana ia secara holistik menuangkan pandangan dan pemikirannya terkait isu Geopolitik yang dihadapi AS dan bagaimana Geostrategi AS untuk mempertahankan supremasi global, terutama di wilayah Eurasia (Eropa-Asia).
Tergabung ke dalam kelompok aliran pemikiran politik-realisme, Brzezinski mengekstrak ide-ide awal geopolitik abad ke-20, seperti Heartland Theory dari pakar geopolitik Inggris, Halford Mackinder, yang kemudian melandasi pentingnya Eurasia bagi AS yang notabene non-Eurasia untuk dimasukkan ke dalam Geostrateginya.
Lebih lanjut Brzezinski dalam bukunya tersebut mengatakan bahwa pentingnya manajemen dinamis supremasi AS terhadap negara-negara secara geostrategis dan kehati-hatian dalam menangani negara-negara katalis secara geopolitik, sesuai dengan kepentingan AS.
Kepentingan yang dimaksud mencakup dua hal, yaitu: (1) menjaga kekuatan global AS yang unik untuk jangka pendek; dan (2) untuk jangka panjang, menjalin kerja sama kelembagaan global.
Barangkali asumsi intelektual dan visi geostrategisnya inilah yang mendorong Brzezinski, dalam sepak terjangnya sebagai Penasehat Keamanan Nasional, mendorong beberapa terobosan kebijakan luar negeri AS, seperti perjanjian SALT II dengan Uni Soviet, membuka kembali hubungan diplomatik dengan RRC, dan mewujudkan Perjanjian Damai antara Israel dan Mesir.
Visi geostrategis yang hampir sama yang kemudian dipegang oleh Pemimpin maupun Penasehat Kebijakan luar negeri AS setelahnya.
Namun, seperti Kissinger yang mengundang banyak kritik dan kontroversi terkait kebijakan AS di Vietnam, Laos dan Kamboja, Brzezinski juga tak luput dari kontroversi.
Untuk merebut dominasi Uni Soviet di Afghanistan, pemerintahan Carter melirik Kelompok Mujahiddin, yang saat itu dipimpin Osama Bin Laden, sebagi proxy untuk mengusir Uni Soviet dari Afghanistan.
Strategi ini terbukti berhasil, namun di tahun 2001, Osama Bin Laden malah menjadi musuh terbesar Amerika, dalang pemboman World Trade Center (WTC) yang membuat AS menginvasi Afghanistan.
Tak hanya itu, semasa ia menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional, Shah Iran, yang didukung AS berhasil digulingkan oleh Gerakan Revolusi Iran tahun 1979, berbuntut pada tertutupnya hubungan diplomasi dengan Iran dan AS kehilangan pengaruhnya di negara tersebut.
Brzezinski meninggal di Rumah Sakit Inova Fairfax di Falls Church, Virginia, 26 Mei 2017, pada usia 89 tahun. Pemakamannya diadakan 9 Juni di Katedral St. Matthew di Washington, D.C.
Zbigniew Brzezinski, terlepas dari berbagai kontroversi, namun karena pemikiran dan pencapaiannya, ia diakui sebagai salah satu pakar Geopolitik terkemuka dalam sejarah Amerika Serikat.
Sumber:
- Brzezinski, Z. (1997). The Grand Chessboard: American Primacy and Its Geostrategic Imperatives. USA: Basic Books
- https://www.theguardian.com/us-news/2017/may/28/zbigniew-brzezinski-obituary
- https://www.britannica.com/biography/Zbigniew-Brzezinski
Editor: Redaksi.