Perjalanan tim LintasUtara.com menuju wilayah Indonesia Timur kali ini dimulai dari Bandara Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara.
Menggunakan penerbangan Sriwijaya Air dengan tujuan Bandara Sultan Babullah Ternate, pesawat yang semula dijadwalkan lepas landas pukul 07.00 WITA harus mengalami perubahan jadwal menjadi pukul 10.11 WITA.
“Penerbangan ini akan ditempuh dalam waktu kurang lebih 40 menit,” begitu pengumuman pramugari sesaat sebelum pesawat take off, mengawali perjalanan lintas pulau yang penuh cerita ini.
Tiba di Bandara Sultan Babullah, sambutan hangat sudah terasa bahkan sebelum keluar dari kawasan bandara. Tepat di halaman parkir, tulisan “Ternate Kota Rempah” seakan mengingatkan kembali bahwa inilah salah satu titik penting sejarah rempah dunia yang melegenda. Menjelajahi sudut-sudut Kota Ternate yang hari itu terik khas wilayah Indonesia Timur, justru menambah tantangan sekaligus keseruan perjalanan.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Sofifi, Maluku Utara, kami sempat mengisi perut di sekitar kawasan pelabuhan penyeberangan. Aneka kuliner lokal yang sederhana tapi nikmat menjadi teman singkat melepas lapar.
Menuju Sofifi, perjalanan terasa begitu tertata, seolah wilayah ini memang dipersiapkan serius sebagai destinasi wisata masa depan. Harga tiket penyeberangan ke Sofifi pun sangat jelas, Rp60.000 per orang.
Tidak ada praktik tarik-tarikan penumpang, tidak ada calo, tidak ada tawar-menawar yang melelahkan. Semua berjalan sesuai prosedur. Deretan speed boat yang tersusun rapi menunggu giliran membuat suasana pelabuhan terasa nyaman.
Kami pun menaiki salah satu speed boat berwarna hitam dengan kapasitas belasan orang, didukung lima mesin berkekuatan masing-masing 40 PK.

Suara mesin meraung, memecah laut yang tenang. Perjalanan laut menuju Sofifi bukan tanpa tantangan. Cuaca cerah tapi gelombang kecil kadang menggoyang perut.
Sesekali laju kapal terhalang tumpukan sampah laut yang membuat nakhoda harus memutar kemudi. Bahkan tak jarang kecepatan harus diturunkan demi menghindari kerusakan mesin jika sampai tersangkut.
Sekitar 30 menit berlalu, kami akhirnya tiba di pelabuhan penyeberangan Sofifi. Pemandangan pelabuhan ini tak jauh beda dengan yang kami temui di Ternate; sederhana tapi fungsional.

Maluku Utara, belakangan semakin dikenal publik bukan hanya karena keindahan alamnya, tapi juga sosok Gubernur perempuan yang viral dengan cerita perjalanan hidupnya.
Lebih dari itu, langkah-langkah cepatnya dalam 100 hari kerja langsung menyentuh persoalan-persoalan mendasar di provinsi ini. (Bersambung ke bagian 2)