Cerita dari Perbatasan, Gladys Tamalawe Cerpenis Muda Sangihe

Wakili Sulut ke Semifinal FLS2N Cabang Lomba Cerita Pendek

Sangihe, Lintasutara.com – Kabupaten Kepulauan Sangihe memang tak pernah kekurangan ‘stok’ penulis hebat. Nama – nama tenar selalu lahir dari kandungan bumi Tampungang Lawo ini.

Sebut saja Jan Engelbert Tatengkeng, Laurens Coster Bohang, hingga nama – nama seperti Iverdixon Tinungki dan Leonardo Axcel Galatang yang tenar dengan puisi dan naskah teater Sulawesi Utara pun Nasional.

Memasuki generasi Z, kita akan berkenalan dengan Gladys Tamalawe; momo asal kelurahan Angges yang bakal mewakili Sulawesi Utara dalam babak semifinal Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).

Ia bertarung rasa dan karsa dengan perwakilan 38 Provinsi se Indonesia, lantas memperebutkan 10 tiket ke babak final cabang lomba cerita pendek.

Gladys, merupakan jawara seleksi tingkat Kabupaten Kepulauan Sangihe dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tahuna. Karyanya “Awan Sengketa Senja” jadi cerpen terbaik dalam kacamata dewan juri.

Dara cantik kelahiran 24 Januari 2008 ini memundaki nama baik Kepulauan Sangihe bersama 28 teman seperjuangannya, mengikuti 14 cabang lomba seleksi FLS2N tingkat Provinsi Sulut lantas membawa pulang 7 piala. Dan siswa yang baru kelas X ini, berdiri terdepan. Lagi – lagi di podium tertinggi.

“Babak semifinal, kami harus memasukan naskah karya kami pada 20 Juli 2024,” cerita Gladys, ketika bersua Lintasutara di Selo Pesasombangeng Cafe, Sabtu (29/06/2024). Ia mengaku sudah siap menghadapi tantangan baru yang sesuai teknis digelar secara daring.

Berawal Dari Penasaran, Hingga Kisah ‘Oma’ Tukang Pijat

Menulis cerpen, seyogianya bukan hobby anak bungsu dari keluarga Tamalawe Rumumpe ini. Ia lebih suka menggeluti seni gambar dan melahap buku – buku bacaan. Bahkan, dunia masa depan yang Edis (Sapaan akrab) dambakan adalah ahli geofisika.

Kegetiran perempuan hitam manis ini untuk meramu tulisan bermula dari rasa penasarannya mengolah kegelisahan menjadi quotes, lantas lebih menguat ketika mendalami kehidupan Oma Wola sang tukang pijat dan kedua anaknya yang hidup dalam keterbatasan, namun begitu kaya dengan nilai kemanusiaan.

“Oma Wola sering datang untuk memijat. Acapkali, beliau menceritakan kisah kehidupannya, perjuangan membesarkan dua orang anaknya dalam semua keterbatasan finansial yang mereka alami,” tutur Gladys dengan senyum kecutnya kali ini.

Meski hidup dalam kesusahan, Oma Wola lanjutnya selalu punya segudang motivasi, mulai dari konsisten dengan perpuluhan (ajaran Kristiani) maupun membantu orang yang membutuhkan tenaganya.

“Satu quotes yang lahir dari mulut Oma, membantu sesama manusia adalah berkat pun bentuk rasa cinta kita kepada sesama. Jadi ia membantu bukan sekedar untuk mencari nafkah,” kisahnya.

Cerita keteguhan Oma; perempuan tua yang menjadi tulang punggung keluarga kecil di kelurahannya ini, lantas mulai Gladys ramu sejak duduk di kelas 9 SMP lewat sejumlah karyanya, termasuk edisi seleksi FLS2N.

Leila Chudori, Pramoedia Ananta Toer, dan Ayu Utami

Sebagai anak muda, Gladys mengaku menggandrungi sejumlah penulis seperti Leila Chudori, Ayu Utama hingga sang ‘legend’ Pramoedya Ananta Toer.

Mulai dari Bumi Manusia, Gadis Pantai dan Cerita dari Blora milik Pramoedya sering ia baca, pun demikian dengan Larung, Manjali dan juga Maya milik Ayu Utami acapkali jadi santapan Edis untuk mengisi waktu senggang sedari SMP.

Namun demikian, nama pertama menjadi penulis favoritnya. Leila menjadi idola utama, terutama dalam novel Laut Bercerita yang menurutnya lebih banyak bercerita kisah nyata dengan gaya yang mudah dipahami.

“Rasa penasaran untuk coba menulis karya pada akhirnya memang lahir dari ketiga penulis hebat yang sering saya baca.

Pesan – pesan mendalam dari mereka, begitu kuat yang membuat saya juga ingin punya karya dan menuangkan apa yang ada dalam pikiran saya dalam tulisan yang bisa banyak orang baca,” akunya.

Gladys Tamalawe Bersiap Mewakili Sulut

Menuju semifinal lomba cerita pendek FLS2N mewakili Sulut, Gladys saat ini tengah mempersiapkan diri mematangkan hasil karyanya.

Namun demikian, ia mengaku sudah siap menghadapi babak semifinal nanti. “Saat ini karya ‘Awan Sengketa Senja’ sementara kami review lagi. Saya sendiri berharap karya itu bisa membanggakan daerah lewat FLS2N, termasuk juga sekolah,” pungkas Gladys.

Dukunganpun terucap dari warga Sangihe. Salah satunya, dari Andika yang mengaku bangga dengan prestasi Gladys.

“sebagai anak muda, prestasi Gladys adalah kebanggaan bagi Sangihe. Kami berharap usaha dan kerja keras Gladys selama ini membuahkan hasil maksimal. Proses tentu tak pernah menghianati hasil,” singkat salah satu figur muda Sangihe ini.

(Gerald)

Bagikan:

Artikel terkait

Terpopuler

Peluang dan Tantangan Menjadi Kepala Daerah di Kabupaten Kepulauan Sangihe: Pilkada...

Suara Redaksi

Beri Pesan Tegas Usai Lantik Pj Kapitalaung, Thungari: Pemdes Denyut Utama...

Sangihe

Pahlawan Tanpa Sorotan: Dari Laut Talise, Nelayan Menjemput Nyawa Sebelum Negara...

Kolom

Refleksi Hari Kartini: Juita Baraming, Perempuan Sangihe yang Menata Harapan Lewat...

Sangihe

Dilema Angka Stunting Sangihe

Suara Sangihe

Terkini