Nasional, Lintasutara.com – Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 diproyeksikan akan terpengaruh oleh melemahnya harga komoditas, demikian menurut laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis dalam “Prospek Ekonomi Indonesia”.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid, dengan tren inflasi yang menurun dan nilai mata uang yang stabil, Bank Dunia memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB akan mengalami sedikit penurunan.
Rata-rata pertumbuhan PDB diharapkan mencapai 4,9% pada periode 2024-2026, turun dari 5% pada tahun ini sebagai akibat dari melemahnya harga komoditas.
Sementara konsumsi sektor swasta diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada tahun 2024, dibarengi dengan investasi bisnis dan belanja publik yang juga diperkirakan akan meningkat sebagai dampak dari reformasi dan proyek-proyek pemerintah yang baru.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa inflasi diperkirakan akan menurun menjadi sekitar 3,2% pada tahun 2024, dari rata-rata 3,7% pada tahun ini.
Penurunan inflasi ini sebagian besar disebabkan oleh pelemahan harga komoditas dan normalisasi tingkat pertumbuhan permintaan domestik setelah pemulihan dari dampak pandemi.
Namun, laporan tersebut juga mencatat bahwa ada tekanan kenaikan harga pangan yang dapat dipicu oleh pola cuaca El-Niňo, yang dapat mengganggu produksi pangan di beberapa daerah.
Selain itu, ekspor jasa diperkirakan akan mendapatkan manfaat dari pemulihan yang berkelanjutan di sektor pariwisata. Namun, harga komoditas yang rendah dan pertumbuhan ekonomi global yang melambat mungkin akan menghambat ekspor barang.
Pendapatan pemerintah diperkirakan akan meningkat seiring dengan efektivitas reformasi perpajakan yang sedang berlangsung, sementara belanja pemerintah diperkirakan akan secara bertahap kembali mendekati tingkat pra-pandemi.
Meskipun perekonomian Indonesia saat ini lebih besar daripada sebelumnya, efek pandemi masih terasa dalam berbagai sektor, termasuk pasar tenaga kerja dan pertumbuhan produktivitas.
Bank Dunia menilai bahwa Indonesia memiliki rekam jejak yang kuat dalam mengatasi berbagai tantangan ekonomi dan menjaga stabilitasnya. Namun, laporan tersebut juga mengingatkan bahwa prospek ekonomi Indonesia masih menghadapi berbagai risiko negatif, terutama yang dapat berasal dari luar negeri.
Hal ini termasuk suku bunga yang lebih tinggi dan ketidakpastian geopolitik global yang dapat mengganggu rantai suplai global.
“Kuncinya adalah memanfaatkan fundamental ekonomi yang sudah kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, lebih hijau, dan lebih inklusif.” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen, dalam Press Release yang diterima awak media pada Rabu (13/12/2023).
Menurutnya, untuk mencapai visi tersebut, pemerintah Indonesia perlu terus melaksanakan reformasi yang menghilangkan berbagai hambatan yang membatasi pertumbuhan efisiensi, daya saing, dan produktivitas.
“Ini akan memungkinkan Indonesia untuk mempercepat pertumbuhannya, menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, dan lebih baik,” ujarnya.
Laporan tersebut juga menyertakan sejumlah saran tentang bagaimana Indonesia dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, memperkuat ketahanan, dan pada saat yang bersamaan memperlambat emisi gas rumah kaca.
Dilaporkan juga terkait pentingnya transisi menuju perekonomian rendah karbon dan berketahanan iklim untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif di masa depan.
(***/am)