Lintasutara.com – Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa nasional yang digunakan masyarakat Indonesia untuk saling berkomunikasi.
Dengan penggunanya yang banyak di Indonesia dan mulai populer di negara lain, Bahasa Indonesia terus didorong untuk menjadi bahasa resmi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), berdampingan dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama.
Lintasutara.com berbincang dengan akademisi Unima sekaligus Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unima Dr. Donal M. Ratu, M.Hum tentang potensi bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa kedua ASEAN.
“Kalau bahasa ASEAN sudah ada petisi yang mengusulkan bahasa Indonesia,” kata Donal.
Donal optimis bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa ASEAN sebab menurutnya pengusulan Bahasa Indonesia tentunya mempertimbangkan jumlah penuturnya, yakni terbesar di ASEAN.
“Jumlah penutur Bahasa Indonesia ratusan juta orang di Indonesia. Apalagi, bahasa Indonesia juga dikenal di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam dan diminati di negara ASEAN lainnya,” ujar pengajar Bahasa Indonesia ini.
Aspek lainnya kata Donal adalah bahasa Indonesia sekarang sudah go internasional.
“Di beberapa negara, bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa kedua seperti di Australia dan Kanada. Jadi betapa pentingnya bahasa Indonesia dunia pun mengakui, apalagi kita,” ujarnya.
“Sementara di Jepang Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa pilihan untuk pembelajaran,” sambung Donal.
Pentingnya Mendorong Penggunaan Bahasa Indonesia
Dr. Donal Ratu, M. Hum mengatakan, masyarakat Indonesia memiliki andil yang besar untuk terus mempopulerkan bahasa Indonesia. Terutama bagaimana memperkenalkan struktur bahasa Indonesia yang baku.
“Jadi bagaimana kita di Indonesia ini memperkenalkan struktur bahasa Indonesia yang baku sehingga penutur bahasa asing bisa mempelajari tata bahasanya dengan lebih mudah,” jelas Donal.
Sebagai praktisi dan pengajar bahasa Indonesia juga meneliti cara mudah untuk belajar bahasa Indonesia, Donal mengamati ahli Bahasa Indonesia sudah diperhitungkan.
Dia mencontohkan di bidang hukum, ahli bahasa diperhitungkan karena setiap ada kejadian menggunakan ahli bahasa Indonesia.
Dekan yang dikenal dekat dengan para mahasiswa ini mengatakan, semakin mengglobalnya Bahasa Indonesia turut berdampak pada penerimaan mahasiswa di Jurusan Bahasa Indonesia, FBS Unima.
“Jurusan Bahasa Indonesia di Fakultas Bahasa dan Seni, Unima mumpuni juga, mahasiswanya membludak dari jaman saya dulu jadi mahasiswa. Sekarang sudah sampai 45 kelas satu kali masuk,” jelas dia.
“Dulu yang stagnan, sekarang dengan adanya bahasa Indonesia secara global sudah diajarkan, sehingga banyak yang tertarik menjadi guru bahasa Indonesia,” tandas Donal.
(Andra)