Sangihe, Lintasutara.com – Ester, Usianya belum seberapa, namun track record kiprahnya memastikan perempuan muda ini telah menikmati beragam ombak kehidupan; tidak hanya di Sangihe, tapi hingga di pusat Indonesia bahkan Internasional.
Nama lengkapnya, Esterina Dwi Chayani Gaghana. Perempuan muda 29 tahun ini, setidak – tidaknya telah menjadi delegasi NKRI dalam pertukaran Pemuda Indonesia – Kanada tahun 2017 – 2018. Bahkan diusianya yang ke 20 tahun, menjadi delegasi dalam Jenesys Program 2.0 di Jepang (2014).
Berbekal skill analis, konsultan, manejer direksi, legal intern hingga tugas dalam hajatan politik yang pernah diembannya, lulusan SDN 1 Tahuna tahun 2006 hingga (saat ini) menjadi Magister Kebijakan Publik Queen Marry University, London tahun 2020 ini, kemudian memilih jalur politik dengan mengikuti kontestasi calon legislatif DPRD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2024 nanti.
Ester maju sebagai bakal calon dari Daerah Pemilihan (Dapil) 3 Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sitaro dan Talaud atau yang lebih dikenal sebagai wilayah Nusa Utara, memperkuat barisan Partai Golongan Karya (Golkar).
Lahir Dari Keluarga Politik dan Ditempa Pengalaman
Lahir di Mataram pada 16 Februari 1994, Esterina seyogianya tidak asing lagi dengan dunia politik. Pasalnya, sedari tahun 2003 saat usianya baru beranjak 9 tahun, dirinya sudah mendampingi Ayahnya tercinta, Jabes Ezar Gaghana sebagai Ketua DPC PDIP Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Bahkan, sejak 2006 hingga 2016 menemani figur yang akrab disapa JEG sebagai Wakil Bupati untuk dua Bupati berbeda. Lantas, sejak 2017 menjadi anak Bupati hingga 2022 lalu, pun juga sebagai ketua DPD II Partai Golkar Sangihe hingga saat ini.
Hal yang diakui anak kedua dari pasangan Jabes Ezar Gaghana dan Dra. Hermin Ririswati Gaghana – Katamsi ini, turut memberi sumbangsi pemikirannya sebagai seorang anak muda yang telah dikaderkan sejak dini.
“Tentu saja saya tidak pernah terlepas dari kedua sosok tersebut. Pak Jabes, adalah senior saya dalam politik dan dirinya juga yang menggugah saya untuk maju,” sebut Wawu Ester.
Dirinyapun tak menampik jika bayangan Jabes Ezar Gaghana sebagai figur politik senior selalu melekat dengan dirinya, hingga saat ini. Meskipun demikian, menurutnya akan selalu ada ruang untuk dapat membuktikan diri bahwa dia sebagai figur politik muda bisa terjun sendiri.
“Setelah apa yang sudah kita siapkan bahkan disiapkan oleh beliau (JEG, red) apalagi soal mental petarung maka saya merasa siap sebagai seorang figur. JEG adalah sosoknya sendiri dan Esterina adalah figur yang lain,” sebut Sarjana Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2016 ini.
Dari sosok ayahnya pulalah, Ester mengaku memilih menekuni setiap proses pembentukan diri baik melalui dunia kerja maupun organisasi agar punya kapasitas pun kapabilitas untuk kemudian maju dengan segala atribut menjadi representasi masyarakat.
“Makanya saya lebih memilih momentum dihari ini ketika merasa siap, dibanding lima tahun lalu yang seyogianya lebih memungkinkan dari beberapa segi kajian bahkan mungkin anggaran,” lanjutnya.
Pengalaman karirnya ini, kemudian ungkap Ester lebih membuat dirinya matang, lantas membentuk pola pikirnya sebagai kaum muda progresif yang selalu merasa terpanggil untuk daerah leluhurnya.
Penempaan dimaksud, karna dalam setiap kesempatan baik di lingkup pekerjaan maupun organisasi, dirinya secara tidak langsung sudah berproses dalam politik tapi bukan subjek tapi malah ketertarikan dengan isu – isu politik.
Apalagi, ketika dirinya punya kesempatan bekerja magang di kantor staff presiden sebagai salah satu wadah politik dilevel Nasional.
“Dari situ saya melihat bagaimana Politik berperan sangat besar ketika menciptakan sebuah kebijakan. Dalam arti, ketika proses – proses legislasi, maupun kebijakan publik di Negara. Penentunya ada dalam koridor politik,” sebut Esterina.
Setelah cukup lama berkecimpung mulai dari legal intern Kantor Staf Presdien RI ditahun 2019, legal intern Kementerian Hukum dan Ham hingga intern Kementerian Luar Negeri, Ketua DPC GAMKI Sangihe inipun merasa politik menjadi alat yang tepat untuk bisa masuk dalam sistem, lantas membawa perubahan maupun menjadikan kebijakan yang lebih berdampak untuk banyak orang.
“Dari setiap pengalaman kerja dan organisasi pula, kami diajarkan bahwa politik itu tidak selalu kotor, karna lewat politik, kita bisa membawa dampak yang sebegitu penting bagi banyak orang,” sebutnya, sembari menyayangkan jika saat ini seringkali peran anak muda diabaikan dalam proses politik, padahal kebanyakan malah berdampak langsung pada kaum muda.
“Kompetisi itu selalu ada, apalagi ketika misi yang kita bawa itu sangat penting seperti menjadi representasi perempuan pun kaum muda diperbatasan yang selama ini mungkin bisa dikatakan ruang geraknya sangat terbatas,” sorot adik kandung dr. Thomas Gaghana ini.
Wawu Ester; Ke DPRD Provinsi Sulut dan Misi dari Perbatasan
Menuju ke gedung yang berdiri kokoh di jalan raya Manado – Bitung, kelurahan Kairagi 1, kecamatan Mapanget, sudah pasti bukan hanya persoalan suka tidak suka. Skill pun kapasitas sebagai anggota legislator mumpuni pun misi nan jelas wajib dimiliki jika memang menawarkan diri sebagai wakil rakyat.
Sebagai petarung muda, pengalaman perempuan yang sempat menjadi Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat Persatuan Pelajar Indonesia London (PPI London) periode 2019 – 2020 ini mungkin terbilang lebih dari cukup.
Setidaknya, dua fokus penelitian sempat diladeninya. Pertama, ‘Implementasi perda Istimewa Yogyakarta No. 8 tahun 2011 tentang Penataan Pasar Modern terhadap Hukum Persaingan Usaha di Kabupaten Sleman’, dan yang melekat dengan dirinya saat ini, yakni ‘Implikasi Hukum Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Cedaw) Terhadap Pemenuhan Hak Politik Perempuan di DPRD Kota Yogyakarta’.
Bukan di bumi Nyiur Melambai tentu saja, namun bakal pas jika mampu diimplementasikan, ketika disebutkannya isu keterlibatan perempuan dan kaum muda perbatasan menjadi isu yang saat ini dia emban.
Menjadi wakil rakyat, bagi dia merupakan wadah untuk membuktikan kapasitas dan kapabilitas dan lebih lanjut lagi menjadi perpanjangan tangan masyarakat Nusa Utara yang sudah melalui proses hitung – hitungan nan panjang, termasuk mengejawantahkan misi ‘membawa suara anak muda perbatasan’.
“Salah satu yang jadi misi kami, lahir dari kegelisahan soal pendidikan di Nusa Utara yang meski sudah mengalami banyak perkembangan, tapi sering masih kalah bersaing di kancah Provinsi. Apalagi, jika sudah masuk dalam dunia kerja yang acapkali ruang geraknya terbatas,” ucap Wawu Ester, meskipun disatu sisi dirinya tak menampik ada banyak sosok Nusa Utara yang bisa sukses bersaing.
“Bicara kualitas, maka banyak figur hebat yang sudah dilahirkan Nusa Utara. Tapi secara kuantitas, saya rasa kita sepakat bahwa masih kurang. Hal ini menjadi salah satu kegelisahan yang ingin kami suarakan disana (DPRD Sulut, red). Pendidikan di perbatasan sebagai wajah Indonesia harus digenjot,” tegas Ester.
Kemudian, satu yang penting juga lanjut dia, yakni terkait porsi anggaran yang belum bisa dikatakan berimbang untuk wilayah daratan dan tiga Kabupaten dibatas utara NKRI.
“Faktanya, Sulut mendapatkan anggaran sedemikian besar karna memiliki Nusa Utara sebagai wilayah perbatasan. Isu seksi yang selalu dibawa diranah politik. Saya selalu berharap bahwa hal ini kedepan tidak hanya menjadi isu formalitas saja untuk mendapat suara dalam pileg pun kepala daerah,” sentilnya.
Isu inipun diharapkannya bisa benar – benar dijadikan jembatan untuk isu – isu strategis di Nusa Utara sehingga ketiga Kabupaten benar – benar diperhatikan bahkan bisa diutamakan agar benar – benar menjadi wajah utara nan keren untuk NKRI.
“Jikapun bisa dipercayakan masyarkat, setiap proses yang menempa saya sebagai anak muda, wajib saya aktualisasikan setidak – tidaknya untuk memperjuangkan kedua fokus tersebut, karna memang hal itu juga yang jadi bahasan kami, sebagai anak muda Nusa Utara,” pungkasnya.
Mengenal Lebih Dekat Wawu Esterina Gaghana
Nama : Esterina Dwi Cahyani Gaghana, S.H., M.Sc
Keluarga :
Ayah : Jabes Ezar Gaghana, S.E.,M.E
Ibu : Dra. Hermin Ririswati Gaghana – Katamsi
Kakak : dr. Thomas C. A. P Gaghana
dr. Aprilia Polakitang (Ipar)
Adik : Caesar Jeconiah Lomboh
Pendidikan :
• SDN 1 Tahuna (2006)
• SMP N 1 Tahuna (2009)
• Manado International School (2012)
• Sarjana Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta (2016)
• Magister Kebijakan Publik Queen Marry University London, United Kingdom (2020)
Pengalaman Kerja :
• Analyst Kiroyan Partners (2022 – Sekarang)
• Konsultan, Sinar Hijau Ventures (Des 2022 – Maret 2023)
• Peneliti, Civil 20 (C20) Indonesia (Agustus 2022 – November 2022)
• Founder & Managing Director, Dagho Agro (Februari 2021 – Sekarang)
• Legal Intern, Kantor Staf Kepresidenan RI (Februari – Juni 2019)
• Tim Kampanye Pilkada Kabupaten Kepulauan Sangihe paslon Megahagho (Agustus 2016 – Februari 2017)
• Legal Intern, Kementerian Hukum dan Ham (Januari – Maret 2016)
• Intern, Kementerian Luar Negeri (Juni – Agustus 2014)
Organisasi :
• Wakil Ketua Bidang Wirausaha, Kosgoro 1957 Provinsi Sulut (2023 – Sekarang)
• Ketua DPC GAMKI Kabupaten Kepulauan Sangihe (2022 – Sekarang)
• Anggota, Pengurus Pelka Pemuda Sinode GMIST (2021 – Sekarang)
• Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) (2021 – Sekarang)
• Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat, Pelajar Indonesia London (PPI London) (2019 – 2020)
• Staff Divisi Internal, Persatuan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK) (2019 – 2020)
• Manager English Development, Asian Law Student Association (ALSA) LC UGM (2014 – 2015)
Pengalaman Penelitian
• Implementasi perda Istimewa Yogyakarta No. 8 tahun 2011 tentang Penataan Pasar Modern terhadap Hukum Persaingan Usaha di Kabupaten Sleman.
• Implikasi Hukum Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Cedaw) Terhadap Pemenuhan Hak Politik Perempuan di DPRD Kota Yogyakarta.
Penghargaan
• Delegasi Indonesia, Pertukaran Pemuda Indonesia – Kanada (2017 – 2018)
• Delegasi Indonesia, Jenesys Program 2.0 di Jepang (2014).
(GR)