
Demam berdarah dengue atau dikenal juga dengan DBD merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia yang disebabkan oleh virus dengue melalui penyebaran oleh nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor.
Demam berdarah dengue sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Sulawesi Utara karena kasus DBD sering terjadi di lingkungan sekitar.
Berdasarkan data yang diperoteh Kementerian Kesehatan di tahun 2022 terdapat 2.381 kasus DBD di Sulawesi Utara per tahun 2022 sementara kasus DBD skala nasional di tahun 2022 sebanyak 45.387 kasus.
Diketahui bahwa di rentang tahun 2009 2018 terdapat peningkatan kasus DBD per tahun sebanyak 185 kasus, ini dapat terjadi karena intensitas curah hujan meningkat sehingga nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor dari demam berdarah dengue mendapatkan kondisi lingkungan yang optimal untuk berkembangbiak sebab kedua spesies nyamuk ini mudah berkembang pada suhu 25 27”C.
Berubahnya iklim terutama di Sulawesi Utara berdampak pada peningkatan kasus DBD di mana DBD adalah penyakit yang serius sebab sebanyak 3090 50? penderita DBD mengalami Dengue Shock Syndrom (DSS) yaitu kondisi keseimbangan elektrolit dalam tubuh tidak seimbang maka akan berakhir pada gagal jantung kongestif atau terjadinya edema paru yang berujung pada kematian.
Penularan penyakit vektor demam berdarah dengue menjadi permasalahan nasional khususnya bagi wilayah Sulawesi Utara dengan jumlah kasus DBD yang tinggi.
Penularan penyakit vektor demam berdarah dengue diakibatkan banyak faktor salah satunya adalah iklim dengan adanya peningkatan suhu dunia dari waktu ke waktu pastinya mengganggu ekosistem termasuk perubahan pola hidup dari hewan penyebab penyakit vektor. Suhu sekitar juga mempengaruhi perkembangan dari virus sebab virus dengue juga mempunyai suhu optimal yaitu pada suhu 28”C, suhu juga mempengaruhi perilaku dari hewan vektor seperti tingkat menggigit atau dalam hal ini penyebaran virus dengue oleh hewan vektor dedes aegypti dan Aedes albopictus.
Iklim menjadi salah satu faktor penyebab masalah penularan demam berdarah dengue di Sulawesi Utara tetapi faktor penyebab penularan DBD bukan hanya karena masalah perubahan iklim namun didorong oleh faktor lainnya seperti sanitasi dan kepadatan penduduk.
Wilayah Malalayang merupakan wilayah padat penduduk dengan jumlah »3.396 jiwa/Km? di mana semakin padat penduduk di suatu wilayah maka kasus DBD yang ditemukan semakin bertambah karena terdapat banyak perumahan dan perubahan pada pola tempat tinggal. Faktor penularan penyakit tular vektor yaitu DBD berikutnya adalah sanitasi dari lingkungan sekitar.
Saat musim penghujan sering didapati lingkungan yang mendukung perkembangbiakan dari nyamuk sebagai hewan vektor, contoh nyatanya seperti genangan air yang dibiarkan begitu saja meskipun mempunyai potensi untuk menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk.
Musim penghujan bukan satu satunya musim di mana nyamuk penyebab DBD dapat berkembang namun di musim kemarau potensi perkembangbiakan nyamuk tersebut juga cukup besar sebab masyarakat cenderung mempunyai perilaku untuk menampung air bersih dalam jangka waktu yang lama untuk digunakan dalam aktivitas sehari hari, hal ini memang tidak bisa dipungkiri sebab air menjadi suatu kebutuhan namun jika air di penampungan jarang dibersihkan maka perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD sangat mungkin untuk terjadi.
Upaya pencegahan demam berdarah dengue selalu dilakukan oleh pemerinta di Sulawesi Utara melalui gerakan 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur barang bekas serta dilakukannya upaya fogging untuk memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue dan dilakukannya uji resistensi insektisida terhadap vektor penyakit penyebab DBD.
Program yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sulawesi Utara cukup mendapatkan hasil yang memuaskan karena setelah tahun 2018 diketahui bahwa terjadi penurunan tingkat penyebaran demam berdarah dengue di Sulawesi Utara yang artinya himbauan untuk dilakukannya gerakan 3M berhasil diterapkan ke masyarakat serta pemberantasan nyamuk penyebab demam berdarah dengue melalui fogging juga memberikan hasil yang nyata.
Pengendalian penyakit tular vektor demam berdarah dengue secara terpadu harus terus dilakukan ini sangat penting karena DBD merupakan penyakit endemik yang artinya terus menerus terjadi, terlebih perubahan iklim khususnya di Sulawesi Utara sangat mempengaruhi habitat dari nyamuk Aedes aegypti dan Aedes alboprctus.
Langkah pencegahan dari demam berdarah dengue dengan menerapkan pengendalian secara terpadu dapat dilakukan mulai dari kebiasaan sanitasi masyarakat selain itu dibutuhkan surveilans terhadap kasus DBD di Sulawesi Utara sebab dengan adanya surveilans maka dapat dilakukan deteksi dini dari penyakit tular vektor serta bermanfaat dalam metakukan monitoring terhadap demam berdarah dengue.
Adanya pengendalian DBD secara terpadu dengan melakukan kolaborasi antara masyarakat dari segi sanitasi dan pemerintah dengan melakukan surveilans maka kasus DBD dapat ditangani dengan baik serta meminimalisir jumlah korban jiwa akibat demam berdarah dengue di Sulawesi Utara.