Sekilas tentang dr.Gyula Cseszko
Membicarakan Gyula Cseszko, maka tak lepas dari Netherlandsch Zendeling Genoostchap (NZG). Pasalnya, dr.Cseszko merupakan dokter Misionaris yang dikirimkan lembaga tersebut, atas pengutusan komite “Sangi”; sebuah lembaga yang mengurus penginjilan di pulai Sangihe.
dr.Cseszko sendiri datang ke Sangihe bersama istrinya Emma Rosza Cseszko Hadady Voneorhalma pada Mei 1931 dan menjadi peletakan dasar berdirinya Rumah Sakit Zending hingga awal pembangunannya pada 10 Januari 1933.
Hal ini diuraikan Alfian Walukouw, seniman dan budayawan Sangihe yang sempat menekuni jejak dr.Gyula Cseszko lewat tulisannya.
Menurut Walukouw, sejak berdirinya rumah sakit, dr.Cseszko memulai tugasnya dengan mendirikan beberapa bangsal perawatan, asrama dan poliklinik. Menjelang masa penjajahan Jepang antara 1935 – 1940.

Dimasa peralihan tersebut, pelayanan Dr.Gyula tentu saja diperhadapkan dengan berbagai kesulitan hingga sempat ditangkap dan disandera pada tahun 1941 lantas dibawa ke Manado dan dipenjara di Airmadidi lalu ke penjara Tondano.
Namun demikian, dimasa kesulitan besarnya, dr.Cseszko bersama istrinya tetap berkarya dalam pelayanan.
Di Sangihe sendiri, Alfian Walukouw menyebutkan jika dr.Gyula Cseszko pada awal pelayanannya banyak menemukan jenis penyakit dan melakukan pengobatan luka sampai melaksanakan pembedahan, hingga kedatangan keduanya sangat diterima masyarakat.
“Dalam pelayanannya, dr. Cseszko melaksanakan aktivitas medis bersama lembaga bernama SIMA VI; Lembaga yang bergerak dibidang kesejahteraan Gender di Belanda. Motto kesehatan yang digaungkan komite Sangihe dan Talaud bersama pelayanan kesehatan Misionaris maupun pihak sendiri ditahun 1920 yakni ‘Yang patah akan kubalut dan yang sakit akan kukuatkan’ serta’Beritakanlah injil dan sembuhkanlah yang sakit’ kisah Walukouw.
(Advetorial)
Baca Juga : Jokowi Lepas Kontingen Indonesia ke Sea Games 2021 Vietnam